Kau Masih Rembulan

| Selasa, 22 Januari 2013


Dia Rembulan, 
Menjadi lentera dalam lajunya perahu biru
Hening tanpa banyak bicara, Diam yang berlapang dada, Lalu tersenyum menatap sang bocah yang tengah melingkar di pinggiran sudut kota
Bukankah nyata sudah, Puluhan tahun itu memang hanya hitungan belaka, berteori namun tanpa bukti.
Sedangkan si bocah hanya terlena mimpi, semacam tak peduli ia nantinya ketika telah 8 tahun lagi

Hai rembulan, malam ini sepertinya engkau enggan menatap hamparan yang tak lagi seperti dulu, yang hingga kau kesusahan buat mengintipnya, seakan kau berkata bahwa sekarang tak ada rahasia.
Baru 5 menit yang lalu kau muncul, namun sekarang kau kata bosan telah lelah bercokol dari induknya, sehingga kau redupkan nyalamu dan beranjak untuk tidur, panjangkah?

Rembulan sobatku, bertahun-tahun yang lalu kau kuanggap sebuah bola besar yang berbentuk lampu, kau tertawa…?? Okee… lanjutkan selagi kau bisa… ini mungkin menjadi tawa terakhirmu ketika aku bisa melihatmu di kotaku, baiklah aku lanjutkan. Selama berhari-hari kupandangi kau, betapa indah ketika aku bisa menatapku selama itu.. namun suatu hari kau mengilang, dan aku berpikir bahwa sedang ada mati lampu, kau tersenyum lagi…?? Well konyol memang, namun kau tau, aku saat itu begitu kehilanganmu, dan baru kusadari kalau aku telah mencintaimu, dan kau sekarang tertawa…???

Namamu masih rembulan,
Namun kuihat semakin hari kau semakin meredup, bukan, bukan sinarmu, tapi auramu… memandang tanpa tau harus melakukan apa adalah hal yang paling menyedihkan.
Setelah rasa itu ditebas dan tergantikan puluhan bangunan, aku mengerti sobat…
Namun aku berbeda, yang kau anggap sebagai salah satu dari mereka…
Lihatlah, bukankah aku selalu menemani malam panjangmu? Meskipun aku tak selalu berada dalam orbitku sendiri…
Karena aku peduli, kau begitu kesepian,


Mengertikah kenapa kau Rembulan??
Karena kau Rembulan

0 komentar:

Next Prev
▲Top▲