Newest Post

I just wanna be your little daughter :)

| Kamis, 29 Mei 2014
Baca selengkapnya »

Well, aku akan menceritakan sebuah kisah masa kecilku, tidak istimewa hanya saja selalu punya tempat tersendiri untuk dikenang. Cerita ini terjadi jauh dimasa lalu, sebelum aku dewasa, sebelum aku mengerti, sebelum semuanya menjadi teramat rumit. Jangan bertanya mengapa, karena kau akan mengetahuinya sebentar lagi.

Pada masa itu, aku baru memasuki tahun kedua di Sekolah dasar, yaa.. Kelas 2 SD, bisakah kau bayangkan bagaimana polosnya, cara berfikirnya, cara berbicara yang sok dewasa, cara memandang apapun. Begitupun denganku, Aku kecil adalah anak yang tak mau mengalah, menganggap bahwa yang kulakukan selalu benar, selalu hebat. Bukankah memang hebat?? :D

Waktu itu, desa sedang ramai dengan hajatan, orang menikah dimana-mana, tak terkecuali tetangga sebelah, putri satu-satunya budhe bini, mbak epi. Yang ku tau mbak epi menikah dengan seorang bujang dari purwodadi, mungkin purworejo, aku lupa. Tapi waktu itu aku hanya tau bahwa dia berasal dari jauh, jauuh. 

Jadi setelah menikah, mbak epi tak pulang. Lalu aku hanya bertanya pada budhe, mengapa mbak epi tak pulang, mengapa mbak epi tak kembali berminggu-minggu dan ia hanya menjawab bahwa mbk epi sudah punya kehidupan sendiri disana. Aku kecil tak paham namun aku tetap mengangguk takzim. Dan baru 7 tahun setelahnya aku paham mengapa budhe mengatakan seperti itu.

Setelah mbak epi, mbak umi dan mbak anik menyusul menikah. Sama, mereka juga pergi. Mengapa mereka harus pergi? Bukankah tinggal disini juga bisa? Apakah semua anak perempuan juga seperti itu nantinya? Simbahku hanya tertawa kecil. Aku hanya cemberut, pertanyaanku sangat serius, tapi kenapa Simbah hanya tertawa? Dan aku hanya dongkol ketika jawaban yang kudapat dari simbah hanya dua kata "sudah tradisi"

Maka aku bertanya pada ayah, mungkin ayah bisa menjawabnya. Dan ketika aku menanyakannya maka ayah tersenyum, menjelaskan bahwa Arrijalu qowwamuna Alannisa', seorang perempuan memang sudah sewajarnya ikut suaminya, bukankah suami itu pemimpin? Kelak jika sudah saatnya kau menikah nanti kau juga begitu, ikut suami, karena setelah menikah nanti anak perempuan bukan lagi tanggung jawab orangtua, tapi tanggungjawab suami. Aku memotong "Jadi nanti... Apakah lia juga meninggalkan ayah dan ibu? Pergi dari sini? Tidak kembali seperti mbak anik? Seperti mbak epi? Kalau begitu lia tidak mau menikah, lia hanya akan tinggal disini, lia hanya akan menjadi putri ayah, tidak pergi" ujarku spontan dan Ibu hanya tersenyum, kelak suatu saat kau akan tau hakikat menikah.

Dan sekarang aku sudah paham betul, mengapa orang harus menikah. Mengapa seorang perempuan harus taat kepada suami. Bahwa menikah adalah ibadah, bahwa menikah adalah sunnah nabi.

Lalu pertanyaanmu kemarin apa harus kujawab sekarang ibu...?? Kurasa banyak yang masih kutakutkan, kurasa masih banyak yang perlu kusiapkan, dan kurasa bukan sekarang, Karena aku masih ingin menjadi putri kecilmu. :)


I just wanna be your little daughter :)

Posted by : la plui
Date :Kamis, 29 Mei 2014
With 0komentar

Selamat Pagi

| Sabtu, 17 Mei 2014
Baca selengkapnya »
Selamat datang pagi... sudah beberapa kali kita bertatap muka, jadi ijinkan nantinya aku bertatap muka denganmu lagi dilain hari, dilain pagi. Karena bertemu denganmu adalahh salah satu hal termanis dalam hidupku.

Selamat pagi, pagi dan selamat pagi bagimu yang sekarang beragkat ke tempat kerja, bagimu yang beraktivitas di lautan, bagimu yang menanti senja, bagimu yang baru membuka mata, indah bukan? tapi ketahuilah indahnya hanya sementara saja... bagimu yang baru membuka mata, karena dunia saja terlalu mengerikan, tapi tak ada salahnya kau menikmati pagi, sama sepertiku yang juga penikmat pagi. Selamat pagi.

Selamat pagi, untuk ayah bunda, untuk semua hal yang telah dilakukan, untuk semua yang telah dikorbankan, dan selamat pagi untuk adik istimewaku, yang saking istimewanya aku tak tau harus menyebutmu apa, Aku tau kau selalu merindukanku, namun selalu kau tak pernah memberitahuku. Kau sama seperti ayah, menyayangiku dalam diam, tak pernah berkata namun selalu menunjukkan. Semoga kalia selalu dilindungi oleh.Nya, selalu diberi kesehatan, selalu dalam karunianya, Sebentar lagi aku akan pulang...

Selamat pagi Embah putri.. satu-satunya simbah yang masih kupunya saat ini, Bagaimana dengan keadaanmu wahai wanita yang paling dihormati ayah? semoga tak seperti kemaren-kemaren yang selalu kau ceritakan padaku. Aku menyayangimu, Sama seperti ketika aku masih kecil, sama seperti ketika kita selalu memakan ubi setiap paginya, memang nikmat... bahkan ketika pulang, dan aku ingin memakannya, kau pun membuatkan untukku.. ubi bakar yang nikmat, senikmat masa-masa kita bertiga dulu.. Jauh sebelum mbah kakung pergi, Allahumagfirlahu warhamhu wafu'anhu... Semoga beliau ditempatkan paling indah..

Selamat pagi kau wahai keponakanku, yang selalu menempel kemanapun, waktu itu kau bahkan menangis ketika aku tak segera mengulurkan tanganku, kau bahkan menangis ketika aku kembali ke semarang, waktu itu hati terasa berat, jadi bagaimana keadaan kalian? Jangan melakukan hal bodoh lagi, jangan melakukan kesalahan fatal lagi, kau sudah besar, kau juga tahu mana yang benar mana yang salah. Hai Fathkul... kau sudah besar sekarang, kelas 2 SMP, dan sekarang kau terlalu banyak diam disini, apa salahnya kita berbicara lagi, sama seperti ketika kita bercanda dulu. Ah.. mungkin kau merasa sudah terlalu besar untuk  berkumpul dengan kita lagi, oke tak apa... jangan terlalu mengurung diri, lupakan kesalahan terbesarmu, aku masih ada untukmu ketika kau ingin bercerita denganku, Aku masih ada disini, jadi jangan terlalu menyalahkan masa lalu, adakalanya memang masa lalu terlalu mencekik untuk diingat, untuk dilupakan, anggap saja kejadian itu hukuman Allah atas tindakanmu. Sudahlah jangan menangis lagi, lupakan pukulan-pukulan yang kau terima, anggap saja itu adalah semacam latihan ringan. Tersenyumlah, pagi masih selalu tersenyum untukmu.

Selamat pagi, teman.. dimana kalian? tak rindukah kalian padaku, kalian yang selalu kusebut dalam do'a.. aku bahkan tak punya kesempatan menyapamu, apa salahnya memberitahuku ketika kau mengganti nomor handphone mu? tak apalah... kurasa kalian terlalu sibuk untuk memberitahukan kabar kalian, Ya.. aku bahkan disini sibuk menggambar langit untuk mengingat wajah kalian.. saat ini disaat langit berwarna biru, disaat lagit tak berawan, ketahuilah saat itu aku selalu mengingat kalian, semoga kalian baik-baik saja, selalu dalam lindungaNya.

Selamat pagi kau Yakub.. dimana kau sekarang? masihkan kau memanggil namaku? kuharap kau masih mengingatku. Pagi ini indah bukan?

Selamat pagi hai prince bubble tea, haha... tak seharusnya kau kusebut dalam tulisan pagiku ini, jadi apa yang bisa kulakukan sekarang, gegara kau aku menyukai choco bubbletea.. nanti.. kalau telepatiku berhasil sampai, sampaikan salam ku untuk kesebelas lainnya, katakan selamat pagi...

Selamat pagi jodohku...? bagaimana seharusnya aku mengatakannya? semoga kita dipertemukan dengan pertemuan yang indah. pada malam hari? pada siang hari? tidak... aku menyukainya ketika kita bertemu diantaranya :) selamat pagi...

Selamat pagi...? bahkan aku tidak dilahirkan diwaktu pagi hari, aku justru membuka mata disenja, indah bukan, namun aku tetap menyukai pagi, menyukai mu.. jadi selamat pagi :))

Selamat Pagi

Posted by : la plui
Date :Sabtu, 17 Mei 2014
With 0komentar

Jadi Begini Rasanya

| Kamis, 15 Mei 2014
Baca selengkapnya »
Jadi bagimana rasanya...
Mengenal orang yang sejatinya tak kukenal
Mengenal orang tapi yang dikenal tak mengenalku
Mengenal orang yang seharusnya tak kukenal
Jadi begini rasanya...
Dan orang itu tiba-tiba saja pergi, dia bukan apa-apa, tapi sudah seperti keluarga
dia bukan siapa-siapa, hanya aku merasa telah mengenalnya sedemikian rupa
dia bukan siapa-siapa, tapi sudah seperti saudara...
dia bukan siapa-siapa, tapi aku berdo'a suatu saat dia tidak hanya "bukan siapa-siapa"
Jadi begini rasanya...

Hai kau pecinta galaxy...
kau tau, aku juga mencintai galaxy.. kuharap suatu saat kamu tau..
kuharap kita bisa berbicara tentangnya
kuharap kau tidak pergi,
setidaknya suatu saat kau tau namaku...
namun sepertinya itu tidak mungkin,
karena sekarang,
bisa saja kau sudah selangkah lagi untuk pergi
meninggalkan tempatmu,
meninggalkanku.
Jadi begini rasanya..

"WYF"

Jadi Begini Rasanya

Posted by : la plui
Date :Kamis, 15 Mei 2014
With 2komentar

Komitmen

| Kamis, 08 Mei 2014
Baca selengkapnya »
Oke fine, ternyata saya lebih tertarik untuk bikin corat coret disini dari pada ngerevisi proposal hehe... menggalau ria, sembari diiringi lagu-lagu yang tak seharusnya didengar pada jam segini "rock".

Jadi apa tema kali ini? Komitmen. Ya... komitmen, satu kata yang dua minggu ini terlalu banyak menghinggapi otak saya, banyak sekali teman yang selalu mengungkit kata ini, mengulang-ulang, dua kali, lima kali, tiga belas kali mungkin sampai nanti, sampai saya tidak bisa menghitungnya lagi. Apa artinya komitmen jika digembor-gembor tapi tak ada bukti konkret? toh, masing-masing dari kita juga udah tau apa itu komitmen, bukan hanya tau, tapi sudah hafal betul dalam luarnya. Tapi salah siapa? Setidaknya, bukan salah ibu mengandung.

Tepat dua minggu, ketika pengorbanan sudah tidak dihitung pengorbanan lagi, ketika harga sebuah pertemuan dibayar dengan rentetan alasan bodoh, siapa yang tidak marah, ya... kami memang tidak marah, hanya diam, bukankah dulu mereka yang merasa paling pemberani? paling antusias? paling semangat? paling terdepan? tapi nyatanya benar-benar seperti pengecut, tertunduk, tak berani menatap, duhai... dimana kata-katamu sebulan itu kawan? benarkah ini benar-benar dirimu? aku bahkan tak mengerti apa yang sedang kau bicarakan saat ini, okelah... kau boleh saja mengatakan cari aman, mengatakan ini yang terbaik, mengatakan kita tak akan berhasil dengan perbandingan ini, tapi bolehkah aku bertanya satu hal padamu? apa arti berusaha?

Kau lagi-lagi terdiam, sudahlah... aku tak ingin menambah panjang urusan ini, biar saja, karena kau mungkin saja sudah membuat keputusan, bersama dua temanmu lainnya, atau mungkin kau akan mengajak yang lainnya, terserah... aku hanya ingin menyelesaikan apa yang kau mulai. Hanya tak bisakah kau memikirkan ulang keputusanmu? dan... memang tak bisa. Sudahlah... saya menghormatinya.

Jadi, bagimu apa komitmen itu... ingin sekali kutanyakan, tapi mungkin kita tidak punya kesempatan untuk bertemu (lagi)

Komitmen

Posted by : la plui
Date :Kamis, 08 Mei 2014
With 0komentar
Next Prev
▲Top▲