Newest Post

I Can't Keep My Eyes Off of You!

| Kamis, 24 September 2015
Baca selengkapnya »
I don't know why. I can't keep my eyes off of you!
My mind forgets to remind me
you're a bad idea
its just wrong enough to make it feel right

never found someone like you
so bright
so clear
so real
but... you have no idea what i feel inside
you see i'm sayin...?
you're just too perfect to be true


I don't know why, I can't keep my eyes off you
This Clock never seemed so alive


I Can't Keep My Eyes Off of You!

Posted by : la plui
Date :Kamis, 24 September 2015
With 0komentar

Menunggu Bulan Depan

| Senin, 21 September 2015
Baca selengkapnya »
untuk seseorang yang tulisannya selalu kubaca tanpa meninggalkan satu komentarpun..
untuk seseorang yang tak pernah mengetahui "aku"
untuk seseorang yang tak pernah menyangka bahwa "aku" adalah aku...
apa kabar?
tidakkah kau terlalu jauh meninggalkanku?
apakah kau sebegitu jatuh cinta dengan aksara sekarang? ppfft.... sudah kuduga. Tak apa.. aku menyukai tulisanmu,
aku hampir saja meninggalkan hal itu bila hari ini aku tidak membaca tulisanmu.
hmmm apakah 4 tahun yang lalu? atau tiga tahun yang lalu?
kau memintaku membuatnya, namun sekarang kau meninggalkanku jauh haha...
tulisanmu sudah sebegitu rapinya hingga kadang aku sulit mencari apa artinya,
terimakasih, tulisanmu menyelamatkanku
dan maafkan aku telah mengambil jarak sejauh ini...
meninggalkanmu dan memaksamu melakukannya sendirian..
tidak begitu sulit kan?
semoga...
semoga secepatnya kita bertemu.. paling tidak bulan depan bukan?

-Orion-


Menunggu Bulan Depan

Posted by : la plui
Date :Senin, 21 September 2015
With 0komentar

Sebuah Titian

| Jumat, 11 September 2015
Baca selengkapnya »
Suatu hari dua anak bersahabat A dan B tengah melakukan perjalanan jauh, amat jauh. Selama perjalanan itu mereka selalu berjalan dengan beriringan, ketika salah satu mendapat kesulitan, maka sahabat yang satunya lagi membantunya. Mereka berbagi pengalaman, melalui penderitaan dengan bersama-sama. Namun si B semakin hari semakin lincah saja, sedang si A masih dalam kondisi yang sama. Ketika berjalan si B selalu lebih depan, namun ia tetap sabar menunggu si A. Baru setelah si A sampai ia berjalan lagi bersama, begitu seterusnya. Hingga tibalah mereka pada sebuah titian kayu yang sangat panjang, begitu panjangnya sampai ujungnya tak terlihat. 

Dengan penuh semangat si B ingin segera melewatinya, namun seketika juga ia teringat bahwa si A tidak selincah dirinya sekarang. Akhirnya kedua sahabat itu pun mulai meniti kayu yang terbentang, si A harus berhati-hati untuk selalu menyeimbangkan tubuhnya agar ia tidak terjatuh, sedang si B begitu santai melewati titian kayu tersebut. Hingga pada akhirnya si B berkata " ayolah A... ini tidak semenakutkan yang kau bayangkan, peganglah tanganku.. kita akan melewatinya dengan cepat" Tangan si A meraih tangan si B dan mereka mulai meniti bersama, namun si A terlalu takut dengan kecepatan si B berjalan, ia juga beberapa kali hampir terpeleset jatuh. Lalu si A berfikir kalau seperti ini terus ia akan jatuh, namun kalau dia melepaskan tangan si B, maka dia akan lebih lama lagi menungguku. Dan akhirnya si A berkata " Lepaskan tanganku sahabat, aku terlalu takut dengan kecepatan kita berjalan, lihatlah sudah beberapa kali aku hampir terjatuh pula"
"Baiklah.. kita akan berjalan lebih pelan" ujarnya
"Tidak, kau duluan saja... kalau kau menungguku kau akan menghabiskan lebih lama di titian ini, aku akan baik-baik saja, percayalah. Nanti ketika kau sampai diujungnya baru tunggulah aku"
"Benarkah? Baiklah.. aku akan menunggumu di ujung nanti, sampai jumpa di ujung!"

Benar saja... baru beberapa menit, bayangan si B sudah hilang begitu saja, dan si A... dia masih berfikir, apakah tindakannya melepas sahabatnya itu sudah benar? bagaimana kalau di jalan nanti ada sesuatu? Namun setelah beberapa saat akhirnya ia kembali berjalan meniti kayu itu sendirian, dengan motivasi ia akan bertemu dengan sahabatnya itu di ujung titian.

Ujung sudah terlihat, si A semakin bersemangat untuk bertemu dengan sahabatnya si B. Benarlah, ketika sudah sampai diujung, terlihat si B di kejauhan, ia tak melihat si A yang telah sampai. Si A berfikir " Ah... mungkin dia tidak melihatku, baiklah akan aku sapa dia". Lalu si A mendekati sahabatnya itu dan manyapanya. Namun yang terjadi adalah, si B hanya melihat saja, tanpa mengatakan apapun. Si A berfikir "Ah... mungkin wajahku sudah berbeda jadi dia tak mengenaliku". Namun sebelum si A mengatakannya, si B berkata "Maaf, siapa anda? apakah anda mengenaliku". Tentu saja si A kaget mendengarnya, lalu ia menjelaskan bahwa ia adalah sahabatnya dulu, sahabatnya yang berpisah ketika berjalan di titian kayu yang panjang. Namun Si B menjawab "maafkan aku, aku tidak mengenalmu" dan ia berjalan meninggalkan si A, Si A hanya termenung melihat si B berjalan ke arah teman-temanya. Ia bahkan tak tau lagi apa yang harus ia perbuat. Sahabatnya telah pergi. 

Sebuah Titian

Posted by : la plui
Date :Jumat, 11 September 2015
With 0komentar

Pagar-Tembok-Tinggi

| Senin, 07 September 2015
Baca selengkapnya »
"Terkadang hidup seperti pohon, ia banyak menerima angin, namun sama sekali tak bergerak sejengkalpun, ia bahkan mendengar dari angin berbagai macam situasi, namun ia tak pernah sekalipun mengalaminya. Karena ia hanya mendengar.
Kadang hidup mirip seperti awan, selalu berjalan, tapi ia tak pernah tahu "waktu" kapan ia berhenti. ia hanya akan berhenti jika saatnya berhenti dan menghilang disaat waktunya datang, hanya saja ia tak pernah tau waktu itu"

Lalu kau bertanya "apa maksudmu?"

"Banyak sekali maksudku jika kau paham" jawabku. "kita terlalu banyak bermain, tanpa peduli dengan sekitar kita, apakah mereka sama bahagianya dengan kita, ataukah sebaliknya. Benar kita memang terlalu banyak bermain, sibuk dengan diri kita. Bahkan sekarang setiap rumah memliki pembatas dinding besi yang tinggi, bertembok kokoh, berbeda dengan dulu yang hanya berpagar tanaman, sekedarnya saja. Maka jangan salahkan kalau sekarang banyak pencuri berkeliaran. Mungkin si pencuri merasa lebih aman karena tidak ada tetangga yang melihat. Dan jangan salahkan ketika tetangga jarang berkunjung, mungkin mereka terlalu rikuh dengan tembok yang menjulang tinggi. Dan jangan salahkan ketika anak-anak lewat tembok-tembok tersebut terdapat corat-coret tak berguna, mungkin mereka berfikir kau memberikan lahan untuk sekedar mencorat-coret"

"Lalu apakah kau menyalahkan temboknya?" 

"Tidak, aku hanya menyalahkan orang yang hanya hidup untuk dirinya sendiri. Tak masalah kalau ia membangun pagar tinggi-tinggi, asal ia tetap menjalin silaturrahmi dengan tetangga lainnya, asal saat lewat ia menyapa atau cukup dengan senyum saja itu sudah membuat hati senang, asal ia tetap membantu dan melindungi lainnya, karena ketika sedang dalam musibah mereka akan ada untuknya, menjaga seperti ia menjaga mereka"

"Kau benar"
"................"



Pagar-Tembok-Tinggi

Posted by : la plui
Date :Senin, 07 September 2015
With 0komentar
Next Prev
▲Top▲