Newest Post

Tidak Sama

| Rabu, 18 Juni 2014
Baca selengkapnya »
Aku buta jarak. Aku buta arah. Karena aku kira selama ini akan baik-baik saja.
Maka aku hanya berputar pada dunia yang itu-itu saja, tanpa tahu dimana aku menghadap, tanpa mengerti seberapa jarak yang akan menjauhkanku. Sungguh, aku mengira baik-baik saja, tanpa tahu bahwa ada yang berubah, ada yang berbeda.Jadi dimana aku sekarang?

Aku selalu mendengar bahwa kita menatap bulan yang sama, menatap langit yang sama, dan aku mempercayainya. Benar memang, ia langit yang sama dengan langit kemarin siang, ia bulan yang sama dengan bulan-bulan yang menatap bumi selama ini, tapi aku baru menyadari bahwa apa yang kita lihat tidaklah sama seperti apa yang kita lihat. Kita bahkan punya prespektif yang jauh dari kata sama, sisiku dan sisimu berlainan diagonal, bisakah kau mengatakannya sekali lagi bahwa yang terlihat sama? Maka aku akan meninggalkanmu sendirian, bukan sebaliknya.

Katakanlah selama ini aku masih terlelap, bersinergi dengan dingin yang selalu kudengar kau selalu mencampakkannya, begitu kesulitankah kau bernafas? tapi aku menyukainya, meski berkali-kali aku menerima penolakanmu keluar melihatnya. Baiklah.. mungkin memang benar. Aku memang ditakdirkan sendiri, meski kau selalu berkata, sekalipun tak ada aku, pasti ada yang mengulurkan tangannya untukmu. Kau tau..? tak pernah aku menerimanya, mereka kata ini hanya masalah sopan-santun yang ada di negara kita, tak masalah bukan ketika sekali-kali aku menerima uluran tanganya. Tapi sudah kubilang, berkali-kali pula, apa kau tak mengingatnya? aku katakan aku tak kan menerimanya, apa kau punya semacam alzheimer? Oh Tuhan, Tak apa, biar kutegaskan untuk terakhir kalinya, karena mungkin setelah ini, aku tak lagi (bisa) berbicara padamu. Jadi harus bagaimana agar kau bisa percaya kalau aku tak akan menerimanya? sampai berapa tahun lagi..? Aku hanya tak tau.

"Ingatlah kita sudah tak berpijak pada garis yang sama" mungkin sorot matamu ingin menyembunyikan kalimat itu dariku, tapi apa dayamu, aku sudah menangkap pesan tersiratmu, Apa kau ingin menyangkalnya bahwa aku hanya gadis yang sok bisa membaca pikiran orang? tapi maaf, aku memang bisa membacanya. Mungkin selama ini, kau menyembunyikan hal-hal itu dariku, tapi aku sudah mengetahuinya, jauh sebelum kau berkata jujur padaku. Maafkan aku tak memberitaumu. Maafkan aku.

Jadi, mungkin kau bertanya padaku, lagi. Tentang beberapa penggal maaf yang kau lempar kebas. Tentang sederet alasan yang kau susun beberapa hari sebelum bertatap muka denganku, apa masalahnya? Sudahlah, aku juga sudah lelah terkurung dalam sangkar yang akupun tak tau siapa pemiliknya, maka aku meninggalkannya, bukan masalah tega atau tak tega. Ini masalahku dengan diriku. Meski tak sedikit kau dan mereka terlibat dengan masalahku.

Dan, meski terlihat seperti kata-kata murahan, bukankah kata maaf adalah kata terbaik sebelum seseorang tak ingin melibatkan lagi di kisah hidupmu selanjutnya? 






Tidak Sama

Posted by : la plui
Date :Rabu, 18 Juni 2014
With 0komentar
Next Prev
▲Top▲