Newest Post

Back Off-Moving forward

| Selasa, 28 Juni 2016
Baca selengkapnya »
Dia menemukannya...

Well... sedikit berharap malam ini hujan turun, mempersilahkanya mengunjungi bumi yang baru sesaat beristirahat, membiarkannya basah, menghapus jejak, menghapus kenangan, menghapus segala sesuatu yang sampai sekarang masih begitu berarti. Namun semesta tidak mengijinkannya, mungkin ingin sedikit bermain-main, menuntaskan petak umpet yang kami mainkan selama ini. Biarkan aku menyalahkan diriku sendiri, sebelum orang lain melakukannya, karena itu akan semakin menyakitkan. Permainan ini terlalu bertele-tele, atau mungkin terlalu memusingkan sehingga dia memutuskan untuk berhenti, bukan beristirahat, namun berhenti. Itu artinya tidak ada lagi "mencari" atau tidak ada lagi "menemukan". Jadi katakanlah berakhir, sepihak...? bukan, karena sebenarnya permainan ini tidak ada yang memulai, ia ada karena ketidaksengajaan, lalu mengapa dia menegaskan berhenti ketika sebenarnya tidak ada yang memulai? 

Dia menemukannya...

Aku terpekur, merenung, menginsyafi. Aku ingin juga melangkah, namun kakiku bergetar hebat sebelum satu langkahpun berhasil kulakukan, Lalu aku kembali terdiam, undakan tangga itu begitu tinggi, aku masih menatap nyalang. "ini berakhir.. sudah berakhir" gumamku. Bagaimana bisa aku terlihat begitu lemah ketika ada begitu banyak uluran tangan yang memegangku. Langkah kakiku kembali mundur untuk kesekian kalinya. Ini memang bodoh, namun aku masih butuh pegangan agar aku tidak lagi gemetar. Menyusup di balik lemari adalah ide terbaik yang terlintas, menyisipkan tubuhku pada gantungan baju-baju yang terlihat hangat di musim dingin ini, namun tak akan sehangat hatiku. Apa aku menyebutnya..? sedikit dingin, namun aku justru menyukainya, entah butuh berapa tahun lagi untuk kembali menghangatkannya, hei... semesta..tak bisakah sekali ini saja berdamai denganku, ini memang bukan apa-apa tapi setidaknya berikan sedikit kekuatan untuk kaki-kaki kecilku ini... Um...well, tidak begitu kecil memang, tapi sedikit gemetaran. Dan aku kembali merenung. Entah untuk apa, namun aku ingin menemukan sesuatu.  

Aku menatap jauh kedepan. Menebak-nebak apa yang akan terjadi selanjutnya, Apakah sama yang kulihat sekarang ini?. Fatamorgana. Salahkan aku ketika aku menatapnya di siang hari, namun setelah sepanjang ini aku merenung, aku sudah memutuskan. Aku juga akan melangkah. Pergi dari sebuah kubangan menakjubkan kepada hal yang kuharap akan lebih menakjubkan, yang memiliki seribu pendar yang nantinya tidak akan padam. Aku masih memiliki kekuatan untuk melangkah. Ada kebaikan disana, ada sebuah jalan yang begitu menjanjikan meski masih sedikit keraguan yang bercokol dalam diri. Apalah arti merasakan kalau hanya dalam bacaan tanpa melakukan. Tidak ada yang istimewa. Maka untuk kali ini aku akan sedikit berdamai dengan sikap keras kepala yang bertahun-tahun kupelihara. Ah... sayang sekali aku menyerah tanpa sempat membuktikannya, Namun aku bersyukur setidaknya masih ada kesempatan menunaikan kebaiktianku pada dua sosok yang paling berarti. Dan setidaknya aku sudah memperjuangkan meskipun hanya dengan dengan bertahan. Itu sudah cukup membanggakan. Dan inilah akhirnya....

Malam ini angin bertiup santai sesaat setelah aku membisikkannya sebuah kalimat "Sudah saatnya aku juga mencari..."  
Jadi semesta... maukah kau bekerja sama denganku? Kali ini biarkan berjalan dengan sederhana, dengan senyum yang mengesankan...
Aku menunggu...

Back Off-Moving forward

Posted by : la plui
Date :Selasa, 28 Juni 2016
With 1 komentar:

Antariksa

| Rabu, 22 Juni 2016
Baca selengkapnya »
Fix.. saya benar-benar jatuh cinta dengan Anta. Antariksa. Anta benar, setiap dari kita memiliki sikap kepedulian terhadap orang lain. Kepedulian untuk memperhatikan sekitar kita, kepedulian untuk meneliti masalah orang lain, kepedulian kita untuk menampilkan kepedulian itu sendiri. Dan memang, eksekusi terakhir ada pada diri kita. Apakah kita akan benar-benar menampakkan kepedulian itu, atau hanya menkmati tanpa perlu tindakan, memahami situasi tanpa perlu eksekusi. Menghargai mereka yang survive, memberi kesempatan sebesar-besarnya tanpa perlu campur tangan orang lain, sebelum akhirnya menyerah dengan keadaan dan mengangkat tinggi-tinggi bendera putih. Lalu seperti kata Anta, ketika waktu sudah mempersilahkan maka kita boleh kita mengambil tindakan. Dan yang kutanyakan Anta, Siapa sebenarya dirimu ini?

Rajin Tahajud Check 
Rajin Qiro'ah Check
Nerd? Check
Handsome Check
Clever? Very Check... hell yeah! paket komplit. Jadi Anta... satu yang tidak kau punya, ekspresi. Aku bisa membayangkanmu, bagaimana kehidupanmu, kisah cintamu, aku tau.. benar-benar tau, namun disini aku hanya ingin mengambil contoh sikap peduli yang kau bungkus dengan ketidapedulian. Membiarkan orang lain gagal paham mengapa kau seperti tidak peduli dengan orang lain, padahal nyatanya disini kau adalah orang paling peduli. Hanya saja.. ekspresi.. itulah, yaa... anggap saja aku ingin meminjam ekspresi tenang, dingin, dan well... sedikit mengintimidasi, karena itu sangat......eum, mempesona, sangat Anta sekali. Hahaha.... saya mulai gila.

Tapi mau bagaimana lagi, biarlah orang berkata apa, kita tak butuh pandangan orang lain selama kita melakukan hal yang "sewajarnya", kita hanya perlu diri sendiri, meyakinkan bahwa tindakan yang kita lakukan adalah benar, dan tindakan paling benar yang kita lakukan. Karena kita memiliki pilihan untuk memilih apa yang akan kita lakukan. Well.... kau benar Anta, selalu benar. Dan sekali lagi aku jatuh cinta padamu.



      

Antariksa

Posted by : la plui
Date :Rabu, 22 Juni 2016
With 0komentar

Menerima-Melepaskan

| Minggu, 19 Juni 2016
Baca selengkapnya »
MENERIMA, hei... kemana saja selama bertahun-tahun ini, bahkan kata "menerima" sudah ada sejak puluhan tahun lalu, ironis bukan?
  
So...apa yang terjadi? 

Sadar atau tidak sadar, kita adalah makhluk ekonomi yang terbungkus dengan sebutan manusia, yang punya sifat tidak akan bisa puas dengan satu hal jika ada dua hal, tidak akan cukup dengan dua hal jika ada tiga hal, begitulah, am I right? benar, kita adalah makhluk menjijikan itu, manusia penuh dosa yang tanpa sadar melakukan dosa.
Padahal ada hal menakjubkan dibalik kata "menerima", tidak harus dengan paksaan, karena sesungguhnya hati punya tempat sediri untuk kata tersebut, yang tempatnya berdampingan dengan menolak, memaafkan, mencintai, dan lainnya. Dia punya tempat sendiri, tapi mengapa seakan tempat itu perlahan-lahan hilang, terdesak dengan kata ingin, lebih, harus dan lainnya...kenapa? Tanyakan pada hatimu, do you mean it? 

Menerima berarti melepaskan dengan benar-benar tidak ada kata lain di belakannya, hanya menerima, bersih. Tidak diikuti dengan jika.. tidak diikuti dengan kata tapi.. murni bersih, namun apakah sekarang ini masih ada hati yang sanggup melakukan hal seperti itu? jika ada maka itu 1 dibanding sekian, apa aku meragukannya? nope! tapi memang fakta sudah membuktikannya.
"Orang kuat itu bukan karena dia memang kuat, melainkan karena dia bisa melepaskan..."
Salah satu kutipan Bang Tere dalam salah satu bukunya "Hujan". Apalah arti mengikat ketika yang diikat tidak menginginkan hal sama? maka suatu saat kau akan menemukan kata lelah terus menerus, apalah artinya melepaskan ketika salah satu tidak ingin dilepas, ia akan menemui lelah. Sama saja. Kita hanya perlu belajar, menerima, melepaskan, memaafkan. Kita tidak akan hidup 1000 tahun lamanya, lalu untuk apa kita mengikat hati kita pada sesuatu yang tidak pasti? lepaskanlah... hatimu perlu udara, ia butuh ruang untuk bahagia, ia butuh keringanan, jangan lukai hatimu sendiri, jangan biarkan ia menjadi abu-abu ketika ia sejatinya sudah memiliki warna sendiri.

Baiklah, kita mungkin memang belum terbiasa dengan kata menerima dan melepaskan, tapi bukankah kita masih punya waktu untuk belajar?   

Menerima-Melepaskan

Posted by : la plui
Date :Minggu, 19 Juni 2016
With 0komentar

Curious..?

| Senin, 13 Juni 2016
Baca selengkapnya »
Hi.. lets start a new day with a smile, a bigger one :D 
Hari pertama menginjakkan kaki ke sebuah kelas yang emm... so dork. XIs 4 
Kalau dulu paling engga suka masuk area anak-anak ips, tapi kali ini aku lebih suka mengitari kelas mereka, setidaknya 3 hari nanti. it's feel... seriously...? kenapa dulu aku milihnya jurusan ipa, sedangkan semestiny-seharusnya ips adalah hal yang tepat. Baiklah lupakan... bahkan itu tidak bisa diulang-ulang, sedikit penyesalan mungkin, but well.. i'm cool i'm okay, ipa its not that bad lagipula.

Mengisi peskil kali beda, aku mengenal beberapa wajah yang sedikit asing tapi addictif, melempar pertanyaan, menjawab pertanyaan, memberi pernyataan, menyangkal pernyataan... hey.. I know you! anak usil kampung sebelah, suka tereak tereak kaga jelas. Well sedikit terpesona.. kau mendengarkanku dari awal sampai akhir tanpa mengeluh, thats great!

Saya bukan orang hebat, saya bukan orang istimewa seperti apa yang dikatakan mereka, kau tau.. mereka hanya melebih-lebihkan saja, apalah arti sebuah nama, seperti ketika kau menyebutnya dihadapanku, aku hanya tersenyum tipis. Sudahlah... mari kita mulai mendiskusikan hal-hal berguna, membagikan pengalaman tentunya, merangkai hari esok yang lebih cemerlang. Kau tau kau bisa!

Aku masih tersenyum tipis, pernyataan terakhir yang gadis muda lemparkan di akhir sesi, meski aku harus mendengarkan dari mulut yang berbeda. Well.. semua bisa berubah, Aku sebenarnya penasaran sekali dengan cerita paradoks dan hubungannya dengan hestia yang mencuri api.. kau tau.. sedikit perubahan saja bahkan mampu mengubahmu seluruhnya, namun jujur aku masih penasaran, tapi tidak.. tidak akan ada yang mampu menjelaskannya. Kau tidak pernah tertarik dengan mitologi-sansekerta apalagi novel-novel bahasa inggris yang kugilai. Tidak pernah. jadi pelan-pelan aku akan membunuh rasa penasaranku, meskipun itu benar-benar sulit. Aku bisa saja menghabiskan waktu berjam-jam untuk mencari cerita hestia, namun aku tidak, tidak lagi.. aku sudah berubah.

Aku tidak ingin lagi penasaran, karena aku tau hasilnya akan mengecewakan. 

Well.. tunggu besok, hari kedua peskil kita akan lebih menyenangkan, meski kau tau.. aku juga meragukannya :D 
See ya! 

Curious..?

Posted by : la plui
Date :Senin, 13 Juni 2016
With 0komentar

Kalah. Telak.

| Jumat, 10 Juni 2016
Baca selengkapnya »
Kalah. Telak.
Ia kira selama ini baik-baik saja, namun ternyata ia terlalu naif untuk mengakui bahwa mimpinya baru saja hancur, tak tersisa. Ia kira waktu akan membawakannya hasil yang memuaskan, namun kenyataan membawanya kembali meringkuk di atas kasur, bergelut dengan selimut tebal. Pahit.

Basa-basi. Adakah yang salah dengan basa-basi?, mungkin negara ini salah terlalu menjunjung tenggangrasa, namun justru basa-basi bisa jadi dianggap kepedulian yang berlebihan dan berujung sakit hati. Tidak, egonya terlalu tinggi untuk sakit hati. Sudah cukup, ia tidak ingin berubah menjadi wanita jahat yang perannya selalu antagonis. Namun bisakah kali ini saja ia egois? Hanya kali ini saja... ia terlalu lelah melihat kehancuran kepercayaan dirinya yang sudah bertahun-tahun ia bangun. Roboh.  

Ia bukan wanita jahat, ia cukup paham perannya telah usai, mungkin sudah beberapa tahun lalu usainya, tapi ia memilih menutup mata. Karena ia percaya di depan sana masih sama, tidak berubah, sama seperti dirinya. Setidaknya kepercayaan itu masih ada beberapa jam lalu, sebelum kenyataan membentur kepalanya untuk membuka mata lebar bahwa saat ini mereka sudah berbeda. Berbeda yang sama sekali tak sama. Jadi untuk apa ia bertahan setelah penolakan tersirat itu datang padanya? Kalah. Telak. Kekalahan yang tak perlu diungkit-ungkit, ia cukup cerdas dan tahu diri bahwa ia tidak lagi diinginkan. maka cukup sudah, ia akan mundur. Kalau perlu ia akan menghilang, tak peduli dengan cemoohan pecundang yang keluar dari setiap mulut, ia tak peduli. Yang ia tahu ia akan kembali terjatuh kalau dari sekarang ia tak membangun tembok tinggi yang bernama ketidakpedulian.

Hari ini takdir berbicara baik-baik dengannya, namun mengapa justru terasa sangat menyakitkan?    
Bagaimana bisa takdir seorang wanita baik selalu harus jatuh cinta dengan lelaki yang selalu menyakiti hatinya? 
"Tapi ia laki-laki baik" hatinya berteriak
"Namun tetap saja menyakitkan" kembali ia menyangkalnya
Cinta. Jangan salahkan cinta, ia bahkan tidak pernah ingin jatuh cinta, apa daya cinta telah memilihnya, memilih seseorang yang jauh dari diharapkannya untuk jatuh cinta. Dan itu sudah cukup untuk kembali menguras emosi yang mati-matian ia tahan untuk tidak besikap egosentris. Logika yang tidak terpakai menumpulkan hati, melakukan pembenaran atas tidakan-tindakan yang tanpa sadari telah ia lakukan. Sudah cukup. Sudah cukup ia jatuh, Karena cinta saja sudah sangat mengerikan, apalagi sampai terjatuh. Cukup

Sudah cukup ia jatuh cinta sendiri. Ia bersumpah tak lagi mengungkitnya, menyebutkan sebuah nama yang tidak akan pernah bisa ia benci. Hanya ia akan berhenti. Tetap akan berhenti meskipun nama itu yang memintanya untuk jatuh cinta lagi. Kecuali jika Tuhan tak memihaknya lagi.   


Kalah. Telak.

Posted by : la plui
Date :Jumat, 10 Juni 2016
With 0komentar

Ramadhan

| Rabu, 08 Juni 2016
Baca selengkapnya »
Hi Ramadhan..!? its good to see you again.

Menemui ramadhan kembali, ah... bahkan rasanya baru kemaren ramadhan berakhir, membagikan takjil bersama mbak Uci, menunggu buka bersama mas rovi, atau sekedar bertawarih di masjid barat rumah kos, kos terakhir ketika masih di Semarang.

Rindu.. ya rindu itu ada, rindu dengan kebiasaan-kebiasaan singkat yang hampir aku hafal. Hafal jam berangkat kerja mas Rovi, atau parfum mahal klein kevinnya, jam pulang kerja mbak Uci atau jam kunjung dede Effel dan pertemuan singkat dengan mas perawat yang ibu pengen jodoh-jodohin sama aku.. haha.. manis, kenangan manis. How's life..??  

Dulu aku sempat merutuki ramadhanku yang jauh dari rumah, namun saat ini Ramadhan sudah kupastikan selalu di rumah, menyiapkan sahur, memasak, menyiapkan buka. itu rutinitas kecil  bulan ramadhan. Atau undangan buka puasa, mengisi pesantren kilat, pengajian gabungan, dan bertambah satu tahsin yang mana akan selalu ketemu sama harry styles kw hehe... dan itu sangat menyenangkan.

Bagian yang yang tidak menyenangkan adalah bertemu seseorang dari masa lampau, bikin gagal move on nya haha...baiklah, ini bukan saya kalau terlalu melankolis memikirkan masa lalu, anggap saja dia makhluk kulkas dengan fitur penghangat terbaru. Yaa... saking dinginnya, and sekalinya ngomong bisa bikin meleleh melebur wkwk.. hiperbola terlalu hiperbola. 

Baiklah ramadhan, semoga ramadhan kali ini penuh kejutan, ramadhan yang selalu diingat, ramadhan yang penuh rahmat dan ramadhan yang diridhoi Allah.. :)     

Ramadhan

Posted by : la plui
Date :Rabu, 08 Juni 2016
With 0komentar

Such a distraction

| Jumat, 03 Juni 2016
Baca selengkapnya »
Hari kamisku kamis yang sama dengan kamis minggu sebelumnya,
Melingkar, belajar huruf hijaiyyah
dan menemukanmu, 
Dunia benar-benar sempit,
hei... kau masih disana, mengepakkan sayapmu
apa kau akan kembali?
aku meragukanmu
Masa bodoh, aku masih menikmati waktuku disini,
sampai suaraku benar-benar serak ketika kembali ke خ
ِAku benar benar kesulitan,
lalu aku mendengar suaramu
fix... aku benar-benar sudah gila
bagaimana bisa aku kembali ketika aku kesulitan bersuara
lalu aku menoleh, dia menatapku bingung
aku hanya memutar bola mataku tanpa peduli sedikitpun
kau benar-benar seperti hantu,
atau aku memang benar-benar sudah gila
karena jelas jelas aku tau kau sedang di pulau seberang
tidak di kotamu
tidak disini
dan tentu saja kau masih dengan seribu diammu
jadi biar kutanyakan pada diriku sendiri
bagaimana bisa?
You're such a distraction

Such a distraction

Posted by : la plui
Date :Jumat, 03 Juni 2016
With 0komentar
Next Prev
▲Top▲