Newest Post

Maafkan

| Senin, 31 Maret 2014
Baca selengkapnya »
Betapapun jauhnya itu... saya tetap saja memikirkan, apa yang dimakan, apakah baik-baik saja disana, apakah mengingat saya yang jauh disini, seberapa rindu kepada saya disini, apakah sebahagia saya disini, bahagia yang menyakitkan.... namun ternyata memikirkan juga menjadi masalah saya. Maafkan saya.

Adakalanya saya menghindar untuk kembali. Saya tahu pasti Yang Kuasa menjaga, mengawasi namun apalah daya saya begitu rapuh untuk menerima segalanya. Maafkan saya.

Hanya ijinkan saya pergi, meski nantinya saya timpakan beban yang mungkin tak sanggup di tanggung. Apalah yang bisa saya persembahkan, karena saya adalah anak durhaka itu. Bolehkan saya menggugat takdir? Mohon Maafkan saya. Mohon....

Berat. Tuhan tahu betapa berat hidup saya. Hingga mereka-mereka kira saya tak pernah ada masalah sedikitpun. Taukah kawan.... jangan tertipu senyum palsu, jangan terlena dengan candaan menawan, karena ia tak bisa mengukur seberapa berat beban yang ditanggung. Saya tak minta dikasihani, sungguh sekuku jari tanganpun tidak. Lalu apa salahnya jika saya menangisi hidup saya? saya tahu pasti itu dilarang, tapi bisakah saya mengulurnya lima menit saja? Karena yang saya punya sekarang hanya air mata. Maafkan saya.

Duhai... benar saya tidak ingin berandai. Karena menginsyafi hidup adalah yang bisa saya lakukan. melangkah, melupakan. Apalah daya si anak durhaka... merelakan pun mungkin ia tak pernah mampu. Tapi ajarkan ia,bagaimana menyentuh ikhlas, membiarkan segala hatinya ringan, seringan kapas, Ajarkan ia menjadi anak baik, yang nantinya menghapus segala kedurhakaannya kepada hidup, kepada yang memberi. Ajarkan bagaimana ia mencintai setelah terluka. Ajarkan ia menutup lukanya dalam-dalam. Ajarkan ia bertahan..  setidaknya memberi senyum kepada yang tak bernyawa. Maafkan saya.. sungguh maafkan...

Apalah arti kesempurnaan... bahkan ia tak pernah ada. jangan kau samakan ia dengan nalai seratus yang diberikan guru kepadamu. Karena saya punya itu. bertumpuk-tumpuk tiga tahun kebelakang. Rasanya menyakitkan. Apalah artinya mendapatkan yang terbaik, pujian yang berlipat-lipat. Karena saya pernah punya itu.. bertahun-tahun yang lalu. dan sekarang saya menyesalinya, tak ada gunanya, hanya kau terlihat baik dimata orang. Dan akhirnya mengikatmu. melakukan ini, melakukan itu, tak boleh ini tak boleh itu. Apakah saya menggugat, anggap saja iya...bagaimana bila saya tumpahruahkan rahasia? Mungkin bisa saja saya berpegangan pada tangga.. Biarkan saja ia membusuk, dalam, dan tak tersentuh selamanya. Dan terkubur bersama mayat yang terbujur kaku. meliukkan kidung kematian yang menyakiti siapa saja yang mendengarnya. Ah...lupakan itu hanya omong kosong. Bukankah lidah tak bertulang. karena kejujuran adalah mata. Tapi mata tak sanggup bicara. Ia hanya menyaksikan, melihat tanpa memberi tahu seperti apakan hidup saya. Maafkan saya..maafkan saya

Tuhan memberi saya kekuatan, namun saya hanya berani mengambilnya sedikit. Dan itu adalah kesalahan saya. bagaimana bisa ia serapuh itu... Tuhan.. saya hanya tak kuat menahan nafas melihatnya, sakit rasanya disini. Bisakah saya tukar hidup saya untuk itu.. melihatnya bahagia, membiarkannya bernafas lega.. karena ia juga berhak untuk itu. 
Jangan kira ini adalah film saga, yang laris di bioskop dengan banderol mahal. Ia tak semurah itu.. 
Maafkan... Maafkan saya, apapun itu maafkan saya..

Kesalahan saya bertumpuk tumpuk. jadi yang saya bisa lakukan hanya memohon, merintih maafkan saya maafkan saya. berulang ulang, berpuluh-puluh. Tak ada ampun.. dan saya hanya menangis tergugu di daun pintu yang tak berkunci. memegangi kaki kedua kaki saya. Lihatlah... ia hanya seonggok daging tak berguna.. hanya bisa memohon. Lalu katakan pada saya, apa yang saya bisa lakukan? saya sudah melakukan semuanya, jadi biarlah saya memohon. Setidaknya ketika saya harus menunggu beberapa tahun, Dan Tuhan akan menjaga, ketika saya menunggu disini. Jadi maafkan saya... maafkan

Maafkan karena itu tak pernah cukup, maafkan untuk maaf yang tak tersampaikan... 




Maafkan

Posted by : la plui
Date :Senin, 31 Maret 2014
With 0komentar

Rabu

| Sabtu, 29 Maret 2014
Baca selengkapnya »
Bukan aku membenci Rabu,
Katakan kalau Rabu itu hari yang indah,
Katakan kalau Rabu itu hari yang menakjubkan, penuh keajaiban
Namun nyatanya Rabuku tidak seperti itu,
Ia terlalu membuatku gugup sepanjang pagi hingga menjelang sore
Ia sungguh membuatku melakukan hal-hal yang memalukan yang tak pernah kubayangkan aku melakukannya...

Bisakah kita berdamai?
Hanya untuk hari rabu, bukan... untuk hari-hari saat kita bertemu
untuk waktu-waktu saat kita bertatap mata..
Rasanya melelahkan bukan?
Ah ya... mungkin bagimu tidak...
setidaknya hentikan pertanyaan-pertanyaan yang menganggu malam panjangku
Atau... menjauhlah dari tempat dudukku

Rabu...
Rabu....
Rabu...
Semoga Rabuku besok menyenangkan


Rabu

Posted by : la plui
Date :Sabtu, 29 Maret 2014
With 0komentar
|
Baca selengkapnya »
Mengapa kamu bisa dekat
Mengapa kamu berbicara dengannya lebih banyak
Mengapa harus dengan dia dia dan dia?
Mengapa kamu lebih beruntung?

Pertanyaan yang sering ditanyakan mereka, mereka yang hanya mengenalku "sedikit". Bukankah lelah ketika ditanya dengan pertanyaan sama dan berulang-ulang oleh orang yang berbeda? Anggap saja Aku menganggap mereka sama, tak ada yang berbeda. Jadi berhentilah bertanya.

Bukankah aku menyapamu seperti aku juga menyapa mereka? bahkan aku tak peduli siapa itu, laki-laki atau perpempuan
Aku juga tersenyum untukmu dan untuk mereka, 
Aku juga menjawab pertanyaanmu yang ditanyakan oleh mereka, Tapi mengapa mereka lebih dekat denganmu ketimbang denganku?

Bagaimana aku bisa menjawab pertanyaanmu bila yang kau tanyakan yang seperti itu
Karena aku tak mempunyai jawaban itu untukmu. Sudahlah... 
Posted by : la plui
Date :
With 0komentar
Next Prev
▲Top▲