Newest Post

Lelaki Hujan

| Minggu, 31 Maret 2013
Baca selengkapnya »


Aku pernah ada saat hujan pertama menyentuh telapak tanganku, karena aku amat menyukai hujan sama sebanyak aku menyukai senja, ia tenang, setenang riak Sungai Yarra yang mengalir perlahan  hingga riaknya sedikitpun tak terdengar. Berbeda dengan kebanyakan orang yang menganggap hujan terlalu berisik untuk datang disiang hari, memecah segala aktivitas mereka, namun aku menganggap hujan sebagai keberuntungan, ia mengajak damai bagi hati yang tak kunjung selesai dari resah yang sedari kemarin bersarang, ia begitu menyejukkan bagi siapa saja yang mengerti batapa indahnya saat hujan turun. Karena dari dulu aku selalu menyukai hujan.

Bukan seperti itu, aku tak pernah berharap aku menemukan cintaku pada saat hujan tengah berlarian menemukan tempat-tempat yang nyaman untuk ia mengalirkan sisanya, karena aku paham benar ia hanya ada dalam novel-novel dan film-film yang tak terhitung pernah dilayar lebarkan. Karena cukup bagiku bahwa hujan memiliki arti sendiri yang tak pernah dimengerti mengapa aku terlalu menyukai hujan, biarlah artian itu lebur bersama bulirnya menuju tempat-tempat yang ia putuskan untuk ia singgahi. Bagiku cinta tak seperti hujan, ia lebih mirip langit.

Aku menyebutnya sebagai lelaki hujan. Tak terhitung berapa kali kita terjebak hujan dalam tempat dan waktu yang sama. Maka kuputuskan aku memanggilmu lelaki hujan, yang selalu menegadahkan tangannya untuk disentuh hujan yang lembut, lalu mengibaskannya untuk kau sentuhkan pada rambutmu yang telah basah tatkala kau berlari menghindarinya, sama seperti yang kulakukan, tak peduli beberapa bulir jatuh mengenai bajuku yang kemudian kudapati mereka sedikit basah di sebagiannya, Karena bagiku itu selalu menjadi euforia yang mempesona. 

Selalu ada cerita saat hujan menjamu panas disiang hari, karena beberpanya menjadi catatan perjalanan yang nantinya aku paham ia hendak menghakimiku, semacam pengakuan seorag pecinta hujan. Ah.. siapa yang harus disalahkan?? sedang ia terlalu sering untuk dirindu, tak boleh ada rahasia, bahkan kebohongan yang akan menjadi bencana, Karena ketikanya ia dibuka, bukankah apa-apa yang tersembunyi hanya akan menghantui? terlebih ketika luka itu diguyur derasnya hujan yang datang. Pilu.

Maka telah kuputuskan, aku bercerita, tak peduli siapa dia, tak peduli sampai berapa kali aku mengulangnya, tak peduli bagaimana aura wajahnya berganti sampai puluhan kali, karena nantinya pun ia akan mengerti mengapa masih ada kenangan yang masih bercokol dalam sebentuk hati yang baru, yang nantinya ia sadari, bahwa hati itu miliknya. dan orang itu ialah dia. yang memenuhi seluruh kenangan. yaa.. lelaki hujan.

Lelaki Hujan

Posted by : la plui
Date :Minggu, 31 Maret 2013
With 2komentar

Serapat Jari Manis dan Jari Kelingking

| Kamis, 28 Maret 2013
Baca selengkapnya »
Jalan ini... betapa jarang sekarang aku menapakinya, mulai lupa
Padahal dulunya, ia selalu menemaniku kala aku sendirian, menerobos ilalang panjang
memetik bunga tebu, yang pada akhirnya tanganku mulai gatal untuk menganggu kawan lama
Jalan ini... seringkali menjadi singgahan pertamaku tatkala Ramadhan pertama tiba
Duduk berdua bersamamu...
Meneliti ikan-ikan yang masih bergerak bebas dalam lapang air yang bergemuruh
bergandengan tangan saat Adzan mangrib berkumandang
Memanjat Pohon Kersen, memetik-bulir bulir kemerahan yang nantinya hanya menjadi hiasan meja makan
Jalan ini... kita juga pernah menangisi hari kita, sedikit bertengkar, namun ketika satu jam berlalu, semuanya akan kembali biasa-biasa saja... unik bukan...??? masa kanak-kanak memang masa luarbiasa yang pernah kita punya... gampang, tak perlu berbasa-basi ala orang kantoran, tak perlu bermanis kata seperti pejabat pada rakyatnya, tanpa bualan yang hanya kosong belaka.. namun hakikatnya ia sederhana, sesederhana persahabatan kita...
Namun.. sedih rasanya ketika tak bisa kembali lagi pada masa lalu yang menggoda itu,
bukannkan dulu kita berjanji untuk selalu menjadikannya tempat pertama kita bertemu nantinya??
bukannkah kau dulu memintaku untuk menautkan kelingking kita agar aku bersedia berjanji padamu?
bukankah dulu kita serapat jari manis dan jari kelingking???
Yaa.. itu hanya dulu, dulu sekali, bertahun-tahun lamanya... karena kau pergi 12 tahun yang lalu,
tapi aku masih mengingatmu..
kau yang selalu bersamaku saat lonceng yang ketiga berbunyi...
kau yang selalu menertawai kekacauanku melafalkan kata coconut...
kau yang selalu bercerita horor, menceritakan apa saja hingga akhirnya aku hampir menangis..
kau yang selalu suka pedas
kau yang selalu menyemangatiku saat aku akhirnya menjadi pemenang dalam permainan kasti...
dan kau yang selalu ada untukku....
sepele bukan?? tapi aku mengingatnya.. semua..

Tapi bahkan kini pun aku tak tau di belahan bumi mana kau berpijak, dekatkah...??? jauhkah...??
Aku tak tau, yaa... pun ketika aku bertanya, masih hidupkan kamu?? aku bahkan tak tau,, bagaimana wajahmu yang sekarang...?? tampankah?? tentu saja....
Semoga kau masih mengingatku kawan.... bila waktu dapat mempertemukan persahabatan kita dahulu.... aku akan memeberimu rangkaian bunga tebu itu padamu...., karena janji yang dulu belum sempat terlaksana.....

Serapat Jari Manis dan Jari Kelingking

Posted by : la plui
Date :Kamis, 28 Maret 2013
With 0komentar

Jaman 1999

| Kamis, 21 Maret 2013
Baca selengkapnya »
Lama yaa ternyata nggak bikin corat-coret lagi disini, padahal Maret udah mulai habis.....hmmm  maklum deh, tugas kuliah makin numpuk ajah nih, hoho... sebenernya gak boleh yaa kuliah dijadiin alesan buat menghambat karya-karya kita, lagian kalo dipikir-pikir nulis kan bisa dimana aja nih... iya kan...?? dan tulisan kali ini muncul saat sedang gerah-gerahnya kuliah seni rupa, udah dosennya gak pas lagi, ditambah materi plus tugasnya yang menumpuk gunung, namun kuliah siang ini ada nostalgia yang tiba-tiba menyeruak, tepat di tengah-tengah pelajaran yang lagi membahas beberapa konsep dan karya seni anak-anak SD. Dan tentu saja karena emang dasarnya aku orang yang suka berimajinasi, sudah tentu anganku melayang pada sekat-sekat tembok di jaman 1999, masih lusuh, masih dilanda krisis moneter, namun ada beberapa hal yang tidak kutemui dalam akhir-akhir jaman sekarang ini, tetapi mereka tetaplah mereka, anak-anak yang masih memiliki hari panjang dalam seminggu, yang masih memiliki senyum cerah sepanjang pekan, yang tak pernah memiliki guratan sepanjang di dahinya. Karena mereka tetaplah anak-anak.Lalau kusambangi kelas-kelas yang dulu satu persatu sempat aku mampir di setiap ruangannya, hampir semua memiliki kenangan manis yang masih tetap terjaga dalam pikiranku.

Tepat di ujung lorong, aku terhenti, perlahan kudekatkan lagi langkah kakiku, yaa.. dulu aku duduk di sana, deretan pertama tepat di tengah-tengah, lalu baru kusadari, betapa dari dulu tempat dudukku tak pernah berubah, tetap di depan sampai sekolah menengah, lihatlah, begitu polosnya anak-anak ini, dan aku disana, selalu mendapat perhatian dari guruku, selalu menjadi yang terdepan, Selalu menempati angka 1, bahkan di setiap mata pelajaran kecuali bahasa inggris, bahasa inggrisku cukup parah. ckckck.... 

Waktu lalu, masih di tempat dan tahun yang sama, lonceng tiga kali tanda istirahat, hal yang paling di tunggu oleh semua murid yang dalam dua jam tadi sudah terkuras pikirannya oleh mata pelajaran yang beraneka ragam, dan ini saatnya untuk bereksplorasi. Begitu jugan denganku, kami, para penunggu lonceng berbunyi sudah pasang rencana untuk lari ke tempat penyimpanan alat-alat olah raga, hanya untuk mendapatkan selah dan bola (permainan kasti)..yaa kami menyukainya, kadang sampai dibela-belain rebutan sama kakak kelas juga, namun asiknya maen kasti membuat semua masalah terlupakan. Begitupun dengan anak-anak lain, mereka sibuk mengisi istirahat mereka dengan sepak takrow, sepak bola, dakon, lompat tali, dan ada yang duduk-duduk saja. Sangat berwarna.

Masih teringat bagaimana aku dan teman-teman tertawa, saling bersinergi, mengolah kata, ada kalanya kita menangis, namun lebih sering tertawa, mereka benar-benar anak-anak pada masanya, Lalu bagaimana dengan sekarang ini..?? sekolah tidak semenarik dahulu, tak sebergairah dahulu, tak  berwarna seperti dahulu, hanya kaku. tawa anak-anak yang dahulu lepas sekarang terganti oleh gadget yang begitu mudahnya para orang tua memperbolehkan kapan saja anak mengaksesnya, di rumah, di sekolah, di manapun,  betapa mereka sekarang tak lagi mengenal bagaimana permainan singkongan itu, do eskado, sepiring dua piring atau apapun itu... tak pernah lagi kutemui tawa lepas bocah polos jaman 1999 dahulu, dunia sudah berbeda, terlalu berbeda. karena dunia mereka sekarang adalah facebook, twitter, whats app, game online....

Ahh... aku sangat menyayangkan ini..
Seandainya bisa kembali ke jaman 1999 lagi, aku akan bermain sepuas-puasnya...




Jaman 1999

Posted by : la plui
Date :Kamis, 21 Maret 2013
With 0komentar

Jujur yuk...^_^

| Senin, 18 Maret 2013
Baca selengkapnya »
"Apa sih yang bisa diambil dari kejujuran...?? toh kejujuran yang dielu-elukan selama ini malah membuat masalah sendiri, yang ada malah jujur ajur... " gerutu salah seorang teman

"kok bisa" tanyaku sembari menoleh ke arahnya.

"iya dong... contohnya aja pas nembak cewek, kita bilang jujur eee... tau tau di tolak, pas ujian jujur ngerjainnya, belum tentu juga kan nilai kita bagus..."

"Nah itu beda bung... kalo itu mah kamu sendiri pasti nggak belajar, jadinya nggak pede buat ngerjain ujian...naah kalo yang masalah cewek itu, berarti bukan rejeki kamu juga.... padahal jujur itu mudah kan.. hanya saja mungkin orang-orang pada nggak nggeh, pernah dulu, di daerahku itu ada seorang gadis, sebut saja namanya Vita, dia anak seroang yang yaa... lumayan kaya lah, soalnya bapaknya pejabat, nggak tau jabatannya apa, ada juga seorang cowok, ganteng, baik pula, namun sayangnya dia kurang beruntung dalam masalah rezeki, dia dilahirkan sudah nggak punya bapak lagi, alias yatim, jadi sehari-hari ia hanya tinggal sama ibunya aja, Bukankah cinta itu buta kawan....??? yaa benar, ada cinta yang berpendar terang dalam lubuk hati mereka, namun tak ada yang berani memulai untuk mengutarakan betapa hati mereka dipenuhi nama masing-masing, sang gadis terlalu malu, hanya karena tak lazim pabila seorang gadis mengungkapkan perasaan terlebih dahulu, sedang lelaki ini... ia malu, bukan apa-apa, ia hanya malu tatkala ia bersitatap dengan mata bening sang gadis, ia malu ketika nantinya ia hanya menemui kenyataan bahwa cintanya bertepuk sebelah tangan, sungguh ia malu itu.
       Seandainya takdir memihak mereka,, memang benar, cinta telah mengikat hati mereka tanpa ada satupun dari mereka yang mengetahui bahwa mereka saling mencinta, mulut mereka saling berkata bahwa mereka tak saling mencinta. bohong. apakah bisa mulut membohongi hati?? tentu saja tidak. Hingga akhirnya, kabar itu begitu menusuk hati lelaki yang secara fisik telah memenuhi syarat untuk menikah, betapa sedih ketika pada ujungnya ia hanya mampu termenung ketika salah seorang sahabatnya mengatakan bahwa sang gadis telah berjodoh dengan seorang anak pejabat juga, yang kaya, yang tampan, yang lebih dari dirinya. Ia hanya merutuki hidupnya, seadainya dia dulu jujur terhadap sang gadis tentang perasaannya. Sungguh ia menyesal. Dan bagaimana nasib sang gadis..? semua orang tau itu..."

Apakah jujur itu sulit? sebenarnya nggak sulit kok, hanya kadang kita terhalang oleh diri kita sendiri, dan adakalanya kita tak harus menahan untuk berbuat jujur... yakin deh kalo kita jujur hidup juga akan mujur, begitu kata pepatah jawa.. So... jujur yukk... :D



Jujur yuk...^_^

Posted by : la plui
Date :Senin, 18 Maret 2013
With 6komentar

KITA

| Selasa, 12 Maret 2013
Baca selengkapnya »

Kata-katamu tersusun sempurna membentuk lingkaran yang akhirnya memiliki tempat untuk bermuara. Karena kau yang sekarang duduk di depan bukanlah kau yang dulu, begitu bercahaya dalam sejuknya terpaan angin senja... 
Adakalanya kita melangkah, menjejakkan kaki bersejajaran, namun lebih sering kau berada di depanku untuk alasan tertentu... aku menyukainya, karena kita seperti sepasang merpati yang berterbangan, mengantar surat, membalas surat, hanya saja kita terlalu lemah untuk terbang.
Namun kita punya hati, saling menguatkan ketika terjatuh, mungkin aku, mungkin kamu. Bukankah  memang begitu cara kerja teman??

ada lagi saat-saat antara kau, aku dan kita memiliki jarak yang bahkan semenit, dua menit untuk meluangkan ternyata terbungkam oleh waktu, rasanya seperti aurora yang kita bentuk pecah, tergusur oleh segumpal mendung, karena hatiku satu, pun sudah untuk mencintaimu.

For all those times you stood by me 
For all the truth that you made me see 
For all the joy you brought to my life 
For all the wrong that you made right
For every dream you made come true
For all the love I found in you
I'll be forever thankful baby
You're the one who held me up
Never let me fall
You're the one who saw me through through it all

You were my strength when I was weak
You were my voice when I couldn't speak
You were my eyes when I couldn't see
You saw the best there was in me
Lifted me up when I couldn't reach
You gave me faith coz you believed
Em everything I am
Because you loved me

You gave me wings and made me fly
You touched my hand I could touch the sky
I lost my faith, you gave it back to me
You said no star was out of reach
You stood by me and I stood tall
I had your love I had it all
I'm grateful for each day you gave me
Maybe I don't know that much
But I know this much is true
I was blessed because I was loved by you 

KITA

Posted by : la plui
Date :Selasa, 12 Maret 2013
With 0komentar

Para Pembawa Sayap

| Senin, 04 Maret 2013
Baca selengkapnya »
Aku tak pernah tau kapan tiba-tiba lelah itu menyergapku, mematahkan rusuk-rusuk semangat memudarkan inspirasi. Namun ketika semuanya berputar terlalu cepat bukankah semuanya menjadi tak menarik lagi?? yaa.. kita tak bisa melihat-lihat apa yang sedang terjadi, tak bisa menghakimi sendiri, dan tak bisa menoleh barang sepersekian detikpun, lalu apakah semua itu sia-sia?? bahkan telah diinsyafi bahwa segalanya seperti terlalu tinggi untukmu, tapi bukankah Allah itu menetapkan segala sesuatunya dengan kadar yang sempurna?? Dialah yang Maha Sempurna dan tau pasti apa yang sempurna bagi tiap-tiap hambanya. Dengan lelah sekalipun.


Hai para pembawa sayap yang terbang... lihatlah, mereka terlihat nyata ketika kau pandangi dari birunya lazuardi, bening, sebening mata para pencari kebenaran, mereka cemerlang. Namun bukankah semuanya terlihat terlalu bagus?? cobalah kau rendahkan sayapmu barang sejam saja, kau akan tau.. betapa mereka memerlukan pelukanmu lebih dari cemerlangnya sayapmu.. namun tak seperti kau, aku, kita semua, mereka setenang air di permukaan samudera, tapi ia dalam, sedalam palung laut terdalam. Hati yang sempurna terbalut luka dan bahagia. lalu mengapa kita tak berusaha memeluknya?? yaa.. kita terlena.

Maka, aku telah tersadar, bahwa selama ini aku terlalu terbenam dengan segala kesederhana hidup yang aku pandang dari kedua bijih mataku. Benar duhai sahabat... ia indah, lapang, luas, tenang... namun ketika indah, lapang, luas dan yang tenang itu semua menyandang kata terlalu, apakah itu pertanda hidup kita baik-baik saja?? tidak mesti, karena bukan hidup yang menyesuaikan kita, tapi kitalah yang harus menyesuaikan dan beradaptasi dengan sempurna, namun seperti kita ketahui bahwa kita memang jauh dari kata sempurna, bahkan terlalu jauh... Karena ini lah kawan aku memintamu, ketika aku lelah, maka tegurlah aku untuk menginsyafi bahwa raga ini perlu lelah juga, untuk mendapatkan bahwa bugar telah menanti esoknya. Ketika aku limbung, maka sentuhlah bahuku, katakanlah bahwa Tuhan menciptakan tulang ini untuk menahan ragamu, Ketika aku terpekur layu, maka siramlah aku dengan semangatmu yang nyatanya tak pernah memudar, ketika aku putus asa, bacakan aku firmannya bahwa janganlah kau berputus asa karena nikmatNya akan selalu untuk hambanya... Dan sokonglah aku untuk selalu berdiri, menatap matahari senja di ufuk barat...Karena semangatku sejatinya terlalu mirip dengan spedometer, terlalu cepat tapi lebih sering terlalu lambat...Karena aku tau siapa aku, dan siapa kalian :)

#mau insyaf :D


Para Pembawa Sayap

Posted by : la plui
Date :Senin, 04 Maret 2013
With 0komentar
Next Prev
▲Top▲