Para Pembawa Sayap

| Senin, 04 Maret 2013
Aku tak pernah tau kapan tiba-tiba lelah itu menyergapku, mematahkan rusuk-rusuk semangat memudarkan inspirasi. Namun ketika semuanya berputar terlalu cepat bukankah semuanya menjadi tak menarik lagi?? yaa.. kita tak bisa melihat-lihat apa yang sedang terjadi, tak bisa menghakimi sendiri, dan tak bisa menoleh barang sepersekian detikpun, lalu apakah semua itu sia-sia?? bahkan telah diinsyafi bahwa segalanya seperti terlalu tinggi untukmu, tapi bukankah Allah itu menetapkan segala sesuatunya dengan kadar yang sempurna?? Dialah yang Maha Sempurna dan tau pasti apa yang sempurna bagi tiap-tiap hambanya. Dengan lelah sekalipun.


Hai para pembawa sayap yang terbang... lihatlah, mereka terlihat nyata ketika kau pandangi dari birunya lazuardi, bening, sebening mata para pencari kebenaran, mereka cemerlang. Namun bukankah semuanya terlihat terlalu bagus?? cobalah kau rendahkan sayapmu barang sejam saja, kau akan tau.. betapa mereka memerlukan pelukanmu lebih dari cemerlangnya sayapmu.. namun tak seperti kau, aku, kita semua, mereka setenang air di permukaan samudera, tapi ia dalam, sedalam palung laut terdalam. Hati yang sempurna terbalut luka dan bahagia. lalu mengapa kita tak berusaha memeluknya?? yaa.. kita terlena.

Maka, aku telah tersadar, bahwa selama ini aku terlalu terbenam dengan segala kesederhana hidup yang aku pandang dari kedua bijih mataku. Benar duhai sahabat... ia indah, lapang, luas, tenang... namun ketika indah, lapang, luas dan yang tenang itu semua menyandang kata terlalu, apakah itu pertanda hidup kita baik-baik saja?? tidak mesti, karena bukan hidup yang menyesuaikan kita, tapi kitalah yang harus menyesuaikan dan beradaptasi dengan sempurna, namun seperti kita ketahui bahwa kita memang jauh dari kata sempurna, bahkan terlalu jauh... Karena ini lah kawan aku memintamu, ketika aku lelah, maka tegurlah aku untuk menginsyafi bahwa raga ini perlu lelah juga, untuk mendapatkan bahwa bugar telah menanti esoknya. Ketika aku limbung, maka sentuhlah bahuku, katakanlah bahwa Tuhan menciptakan tulang ini untuk menahan ragamu, Ketika aku terpekur layu, maka siramlah aku dengan semangatmu yang nyatanya tak pernah memudar, ketika aku putus asa, bacakan aku firmannya bahwa janganlah kau berputus asa karena nikmatNya akan selalu untuk hambanya... Dan sokonglah aku untuk selalu berdiri, menatap matahari senja di ufuk barat...Karena semangatku sejatinya terlalu mirip dengan spedometer, terlalu cepat tapi lebih sering terlalu lambat...Karena aku tau siapa aku, dan siapa kalian :)

#mau insyaf :D


0 komentar:

Next Prev
▲Top▲