Jaman 1999

| Kamis, 21 Maret 2013
Lama yaa ternyata nggak bikin corat-coret lagi disini, padahal Maret udah mulai habis.....hmmm  maklum deh, tugas kuliah makin numpuk ajah nih, hoho... sebenernya gak boleh yaa kuliah dijadiin alesan buat menghambat karya-karya kita, lagian kalo dipikir-pikir nulis kan bisa dimana aja nih... iya kan...?? dan tulisan kali ini muncul saat sedang gerah-gerahnya kuliah seni rupa, udah dosennya gak pas lagi, ditambah materi plus tugasnya yang menumpuk gunung, namun kuliah siang ini ada nostalgia yang tiba-tiba menyeruak, tepat di tengah-tengah pelajaran yang lagi membahas beberapa konsep dan karya seni anak-anak SD. Dan tentu saja karena emang dasarnya aku orang yang suka berimajinasi, sudah tentu anganku melayang pada sekat-sekat tembok di jaman 1999, masih lusuh, masih dilanda krisis moneter, namun ada beberapa hal yang tidak kutemui dalam akhir-akhir jaman sekarang ini, tetapi mereka tetaplah mereka, anak-anak yang masih memiliki hari panjang dalam seminggu, yang masih memiliki senyum cerah sepanjang pekan, yang tak pernah memiliki guratan sepanjang di dahinya. Karena mereka tetaplah anak-anak.Lalau kusambangi kelas-kelas yang dulu satu persatu sempat aku mampir di setiap ruangannya, hampir semua memiliki kenangan manis yang masih tetap terjaga dalam pikiranku.

Tepat di ujung lorong, aku terhenti, perlahan kudekatkan lagi langkah kakiku, yaa.. dulu aku duduk di sana, deretan pertama tepat di tengah-tengah, lalu baru kusadari, betapa dari dulu tempat dudukku tak pernah berubah, tetap di depan sampai sekolah menengah, lihatlah, begitu polosnya anak-anak ini, dan aku disana, selalu mendapat perhatian dari guruku, selalu menjadi yang terdepan, Selalu menempati angka 1, bahkan di setiap mata pelajaran kecuali bahasa inggris, bahasa inggrisku cukup parah. ckckck.... 

Waktu lalu, masih di tempat dan tahun yang sama, lonceng tiga kali tanda istirahat, hal yang paling di tunggu oleh semua murid yang dalam dua jam tadi sudah terkuras pikirannya oleh mata pelajaran yang beraneka ragam, dan ini saatnya untuk bereksplorasi. Begitu jugan denganku, kami, para penunggu lonceng berbunyi sudah pasang rencana untuk lari ke tempat penyimpanan alat-alat olah raga, hanya untuk mendapatkan selah dan bola (permainan kasti)..yaa kami menyukainya, kadang sampai dibela-belain rebutan sama kakak kelas juga, namun asiknya maen kasti membuat semua masalah terlupakan. Begitupun dengan anak-anak lain, mereka sibuk mengisi istirahat mereka dengan sepak takrow, sepak bola, dakon, lompat tali, dan ada yang duduk-duduk saja. Sangat berwarna.

Masih teringat bagaimana aku dan teman-teman tertawa, saling bersinergi, mengolah kata, ada kalanya kita menangis, namun lebih sering tertawa, mereka benar-benar anak-anak pada masanya, Lalu bagaimana dengan sekarang ini..?? sekolah tidak semenarik dahulu, tak sebergairah dahulu, tak  berwarna seperti dahulu, hanya kaku. tawa anak-anak yang dahulu lepas sekarang terganti oleh gadget yang begitu mudahnya para orang tua memperbolehkan kapan saja anak mengaksesnya, di rumah, di sekolah, di manapun,  betapa mereka sekarang tak lagi mengenal bagaimana permainan singkongan itu, do eskado, sepiring dua piring atau apapun itu... tak pernah lagi kutemui tawa lepas bocah polos jaman 1999 dahulu, dunia sudah berbeda, terlalu berbeda. karena dunia mereka sekarang adalah facebook, twitter, whats app, game online....

Ahh... aku sangat menyayangkan ini..
Seandainya bisa kembali ke jaman 1999 lagi, aku akan bermain sepuas-puasnya...




0 komentar:

Next Prev
▲Top▲