Newest Post

Just be Yourself

| Sabtu, 16 Agustus 2014
Baca selengkapnya »
Mungkin saja kau tak menyadari, Karena memang proses itulah yang membuatmu menjadi dewasa
Aku tak ingin membicarakan masa lalu, karena bagiku ia sudah lama menghilang
Aku yakin, kita sama-sama mempunyai masa lalu yang ingin dilupakan, bukankah begitu?
Aku dengan kisahku, dan kau dengan kisahmu
Seindah apapun, sesakit apapun, seberapa dalampun, karena toh.. itu hanya masa lalu
Hanya, janganlah kau hidup di dalamnya, kenangan yang terlalu berat untuk dilupakan,
Karena ia bisa saja, kembali menjemputmu dengan paksa
Namun, pandangkan matamu kedepan, Kau adalah orang hebat
Siapapun tak akan menyangkalnya,

Aku tak menuntutmu untuk berlaku demikian dan demikian,
hanya jadilah dirimu apa adanya
Bukankah dengan begitu kau merasa bahagia? bahagia dan membahagiakan.



#bigHug

Just be Yourself

Posted by : la plui
Date :Sabtu, 16 Agustus 2014
With 0komentar

BTQ dan Pak Syaiku

| Rabu, 13 Agustus 2014
Baca selengkapnya »
Setiap guru memiliki karaktersistik sendiri dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Ada yang hangat ada yang disiplin ada pula yang terlalu santai. Begitu pula Pak Syaiku, entah ejaannya benar atau salah, tapi yang kutau namanya Pak Syaiku. Salah satu guru di SD Isriati yang sudah melegenda ini selalu mempunyai karakteristik yang unik, kehadirannya mungkin selalu membuat hati dag dig dug, memberikan suasana horor yang mungkin bisa mengakibatkan suatu hal terjadi *)sensor

Namanya Pak Syaiku, salah satu guru BTQ untuk kelas tinggi ini berperawakan sedang, tidak tinggi namun juga tidak terlalu pendek, punya wibawa yang setiap siswa terkadang tak mampu menatap langsung matanya, aku mengenalnya ketika mendampingi kelas VI D pada pelajaran BTQ, kukira Pak Syaiku tidak hadir, namun baru kutau, memang beliau mengulur waktu barang 5 menit supaya siswa mempelajari bahan pelajaran yang akan dipelajari nantinya, maka ketika mengetahuinya aku hanya mengangguk-angguk, sedangkan banyak siswa yang langsung duduk memegang buku, tak terkecuali Vander yang notabennya adalah anak yang tak bisa diam ini hanya duduk tertunduk, taksim menyerap ilmu, mengingat dan menghafalkan. Siapa tau hari ini dia mendapatkan jackpot dari Pak Syaiku.

Dan benar, 5 menit berlalu, Sang maestro datang, dan dengan suara lantang langsung menhitung angka satu sampai lima, dan reaksi anak-anak hanya diam, tak ada yang berbicara, tak ada yang berbisik, hanya menatap bangku masing-masing, mungkin mereka berdo'a semoga tak ada hal buruk yang menimpanya. Maka dengan lantang Pak Syaiku menyebut nama Regin, memberi pertanyaan, Apa yang disebut WAQAF dan WASHAL dan Regin hanya terdiam sampai hitungan kelima selesai, Regin hanya duduk terdiam, dan selanjutnya Regin harus menerima hadiah, untuk berdiri di kursi panas.

Kursi panas ini adalah sebuah kursi yang disediakan di depan kelas, nah.. setiap anak yang tidak mampu menjawab pertanyaan dari Pak Syaiku memiliki perlakuan istimewa yaitu menaiki atau berdiri di kursi panas ini dengan 4 opsi yang merupakan hukuman atas pertanyaan yang tidak bisa dijawab, Adapun beberapa pilihan itu sangat menggelitik, yaitu (1) menyanyi dan menari dengan lagu yang dipilih atau dipilihkan (2) Menirukan gaya Tokoh Idola, bisa siapa saja, entah itu Jokowi, Hulk, bahkan Enstein, (3) Fashion Show, memperagakan layaknya model profesional yang berjalan di catwalk dan yang ke (4) adalah tahan tawa, jadi dia melucu di depan kelas sampai ada teman lain yang tertawa berjumlah 5 orang.Unik bukan...???

Meskipun Mata Pelajaran BTQ hanya sekitar 45 menit, namun saya yakin setiap anak ini memetik pelajaran berharga, serta mempelajarai sesuatu yang baru.

D+6BTQ

BTQ dan Pak Syaiku

Posted by : la plui
Date :Rabu, 13 Agustus 2014
With 1 komentar:

Affan, itu Namanya

| Senin, 11 Agustus 2014
Baca selengkapnya »
Namanya Affan, mungkin sudah kusebutkan diawal bahwa dia seorang anak yang berbeda. Dengan wajah bule yang khas menambah kesan bahwa dia adalah anak yang pindah dari luar negeri, Padahal yang ada, dia sama seperti anak-anak yang lain, yang bisa berbahasa Indonesia, meski memang si Affan ini anak yang pemalu, memiliki suara yang lembut dan sangat pelan. Namun dia melakukan semua yang dilakukan guru dengan baik, meski dalam keterdiamannya. Dia mampu mengerti, cepat memahami, namun satu yang tidak dimiliki Affan, yaitu kurang bisa bergaul dengan teman yang lainnya.

Mengapa? Mungkin dia menyadari bahwa dia berbeda dengan anak-anak yang lainnya, kulitnya lebih putih dari yang lain, rambutnya berwarna coklat pirang berbeda dari yang lain, sehingga membuat dia menyadari bahwa dia berbeda. Dia hanya berbicara pada teman yang duduk di sebelahnya saja, dan hanya laki-laki. Karena selama ini aku belum pernah melihat dia berbicara dengan teman perempuan, kecuali aku dan Bu Har :D Jadi suatu saat pernah kutanyakan Affan mengapa, dia hanya terseyum malu-malu.

Maka ketika waktu istirahat tiba, semua anak mengeluarkan bekalnya masing-masing, semua membawa, yang tidak membawa biasanya pergi ke kantin untuk membeli makan, atau sekedar membeli jajan ringan sebagai penganjal perut. namun tidak dengan Affan ini, kulihat dianya hanya diam, tak mengeluarkan bekal, jua gata keluar kelas untuk membeli makan, setelah kutanyai ternyata dia tidak membawa bekal " katanya mama.. nanti saja, habis pulang sekolah" jawabnya dengan suara pelan, hampir tak terdengar, maka aku meminta Gustav dan Abiyan yakni teman di sampingnya untuk berbagi. Bukankah dengan berbagi kalian bisa lebi dekat satu sama lain? kuharap begitu pula dengan Affan. :)

Dan hariku kali ini ditutup dengan pertanyaan Naya yang sengaja dibisikkan padaku.
"Bu... Affan itu yang mana sih?"
"itu hlo... yang duduk di dekatnya Abiyan"
"yang mana to bu...? yang itu?"
"iya yang itu... memangnya kenapa?"
"bu.. dia itu cowok atau cewek sih...??"
".................................." aku hany terdiam sambill melihat Affan " dia cowok Naya... masak cewek?"
"hla dia itu kayak cewek bu, ngomongnya pelan banget, malu-malu pula"
"coba lihat Affan pake nya apa? celana kan? nah kalau pake celana itu namanya cowok, tapi kalo seperti Naya, pake rok, pake jilbab itu namanya cewek, paham..??"
"hehe... soalnya suaranya kayak cewek bu, jadi Naya kira cewek juga hehe"
hadeeehh... -__-"

D+5

Affan, itu Namanya

Posted by : la plui
Date :Senin, 11 Agustus 2014
With 0komentar

Siapapun Bisa Jadi Tokoh Utama

| Sabtu, 09 Agustus 2014
Baca selengkapnya »
D+4
Diawali dengan senam aerobik yang hampir 1 jam, membuat pagi menjadi lebih segar dibanding dengan pagi-pagi sebelumnya, tapi akibatnya saya jamin, akan membuat tubuh menjadi pegal-pegal di malam harinya, ya... mungkin karena memang tidak terbiasa senam aerobik..

Lain hari maka lain pula ceritanya, maka bila hari ini tokoh utamanya adalah Naya, maka besok bisa jadi Natha, Mauli, Fayaz, Abi, Affan, Tian, atau siapa saja, Karena bukan aku yang menjadikannya tokoh utama, bukan guru yang menjadikannya tokoh utama, bukan siapa-siapa melainkan dirinya sendiri. Terlebih mereka anak-anak, mengapa? normalnya, pribadi anak-anak adalah ceria, selalu tertarik dengan hal-hal baru yang belum pernah mereka coba, maka dengan sifat bawaan ini, mereka akan bersaing, menjadi yang mendominan, atau nantinya ia kalah dengan yang sifatnya lebih atraktif dibanding dirinya. 

Begitupun dengan anak-anak kelas 6, jaman sekarang ini, mungkin mereka tumbuh dewasa terlalu cepat, mengerti hal-hal yang belum seharusnya diketahui, melakukan hal-hal yang seharusnya belum dilakukan, namun disisi positif, mereka bisa lebih dewasa, mengerti hal hal yang memang seharusnya dipahami. Cepat paham dengan kondisi yang mereka alami, lebih peka dengan peristiwa yang sedang terjadi. Ya.. Dan semoga tidak salah memilih dalam segala sesuatu hal, karena di usia mereka, pilihan selalu ada dimana-mana, memberikan pesona masing-masing yang membujuk untuk memilihnya.

Dan hari ini saya kemali tertegun mengingat pertanyaan yang dilontarkan salah satu murid kelas 6,
"Bu.. Ibu sudah menikah ya?"
"memangnya kenapa?" jawabku
"enggak kok, cuma tanya..."
"....."
"bu... kok di jari manisnya ada cincin? Ibu sudah menikah?"
"....." "memangnya kalo sudah ada cincinya berarti sudh menikah begitu?"
"enggak tau bu, lagian ibu ngajarnya di kelas satu mulu, kan kelas satu suka minta tlong buat nyebokin kalo pipis, belum bisa lancar nulis, kan kalau udah nikah punya anak kan sabar ngurus yang begituan, jadi.. mungkin ibu udah nikah gitu.."
"......." aku hanya tersenyum mendengar penjelasannya. Dan memang masuk akal juga. :D

Siapapun Bisa Jadi Tokoh Utama

Posted by : la plui
Date :Sabtu, 09 Agustus 2014
With 0komentar

Ia Tebusan

| Jumat, 08 Agustus 2014
Baca selengkapnya »
Pagi ini aku kembali memulai dengan memasuki kelas 1 A, mungkin sudah menjadi kebisaan ketika berada di sekitar anak-anak, memberikan ucapan selamat pagi, medapatkan balasan selamat pagi, memulai pagi dengan bernyanyi, melanjutkan dengan segudang cerita yang telah disiapkan dari rumah, mungkin setelah bangun pagi, mungkin juga saat perjalanan menghadapi jalanan yang biasa macet. Dan tak jarang dimulai dengan tangisan anak-anak yang tidak ingin ditinggal oleh mama. Pagi yang menyibukkan.

Anak-anak sudah terbiasa denganku, bahkan ketika mereka kesulitan melakukan sesuatu maka secara otomatis mereka mendatangiku, bertanya, menyeret tanganku untuk membantu, aku tak keberatan, kau tau...karena melakukannya adalah tebusan, tebusan dari perjalanan yang hampir memakan 30 menit waktu normal dari kos-kosan, tebusan ketika lelah sudah mencapai ubun-ubun, tebusan ketika kau harus menghabiskan waktu 1 jam untuk kemacetan di jalan pantura. Tebusan. Mungkin bagimu tak masuk akal, tapi itu bekerja untukku.

Menghabiskan waktu 6 jam bersama anak-anak kelas 1 memang menyenangkan, dan ditutup dengan memasuki lab bahasa, bernyanyi dengan bahasa Inggris, menghilangkan penat yang sudah seharian berpaku dengan pelajaran menghitung dan BTQ. Dan Selanjutnya, aku harus kembali mendampingi anak-anak kelas 6B sampai jam 2 nanti, tak bisa dibayangkan bangaimana ramainya mereka, tapi aku selalu mengingat satu hal, seramai-ramainya anak, senakal-nakalnya dia, dia tetap anak-anak, maka hadapilah ia selayaknya anak-anak. :)

D+3


Ia Tebusan

Posted by : la plui
Date :Jumat, 08 Agustus 2014
With 0komentar

Selalu Ada yang Menakjubkan

| Kamis, 07 Agustus 2014
Baca selengkapnya »
Tak ada yang salah bila kau menemui anak yang selalu berlari-lari keliling kelas, tak ada yang salah ketika kau menemui anak yang selalu ingin diperhatikan ketika ia berbicara, bahkan menarik-narik baju hanya untuk melihatkan mainannya yang baru, tak ada yang salah. Karena begitulah mereka. Kadangpun mereka berbicara sendiri, atau melakukan monodrama, mungkin dalam imajinasinya ia berbicara dengan tokoh kartun yang luarbiasa yang tiba-tiba datang untuk mengahncurkan bumi, entah bagaimanapun, ketika kau bersama anak-anak, maka hal itu akan terjadi.

Sama halnya dengan Taqi, salah satu anak kelas VI D yang tak sengaja kulihat waktu istirahat asyik dengan spidolnya di depan kelas, sendirian, sedang anak-anak yang lain hanya keluar pergi kelas, ngobrol dengan aktivitas yang biasa yang dilakukan anak-anak kelas 6, kupikir anak ini tidak punya teman atau bagaimana, tapi ternyata setelah aku mendekat dan melihat apa yang ia lakukan dengan spidol itu aku hanya tertegun, dia membuat sebuah labirin yang memanjang, rumit, sampai ketika dia selesai menggambar, banyak anak-anak yang mencoba menyelesaikan labirin itu, bahkan salah-satu anak yang kemaren mendapatkan perunggu dalam olimpiade matematika mewakili Indonesia di Singapurapun juga bergabung untuk menyelesaikan labirin itu... dan yah... kaupun bisa meneak bagaimana yang terjadi selanjutnya ketika anak dengan logika yang bagus bertemu dengan anak yang jenius :D

Namun, yang memprihatinkan adalah ternyata banyak anak yang sudah kecanduan K-pop, boleh sih ketika yang dilihat yang tidak "keras" dalam artian cara berpakaian, maupun tingkah laku artis-artis k-pop, karena sekarangpun video-video yang diunggah di You**** pun sudah teralalu melenceng dari hal yang sewajarnya, mengajarkan hal anarkis, pornografi pornoaksi tanpa sensor dan segala macam hal yang tidak baik, bukankah hal itu mampu menruntuhkan akidah? bahkan meskipun disekolahkan di Sekolah Islampun ketika tidak dibatasi kamana lagi akhirnya kalau tidak meruntuhkan akidah?

Dikelas ini aku hanya mengisi selama 2 jam saja, namun sudah membuatku mengerti bagaimana ragam anak-anak disini, banyak anak yang pendiam, hiperaktif, jenius, pintar dan banyak juga anak yang hanya melakukan ketika diminta melaukan, 
Memang tak ada yang harus disalahkan dari anak-anak, tapi yang harus diperatikan adalah bagaimana seorang pembimbing bisa membimbing anak menjadi lebih baik. :')

D+2

Selalu Ada yang Menakjubkan

Posted by : la plui
Date :Kamis, 07 Agustus 2014
With 0komentar

Apapun Namanya, Ia Tetap Anak-Anak :')

| Rabu, 06 Agustus 2014
Baca selengkapnya »
Angin pagi berhembus pelan, mengganti segala penat semalam setelah melakukan hal-hal selayaknya mahasiswa lakukan. Maka untuk hari ini aku tersenyum menyadari, bahwa aku sudah berbeda, bahwa aku sudah satu tahap lebih dalam melakukan segala hal, bahwa aku... bukan aku yang kemarin sore. Jadi untuk hal selanjutnya, aku hanya perlu menatap ke depan, melakukan dengan baik.

Ya.. hari ini, seperti yang teman-teman lakukan, hari ini adalah penerjunan PPL, praktik mengajar layaknya seorang guru berhadapan dengan murid, mendampingi, membersamai, mengayomi, memberikan yang terbaik, Dan SD ini, SD yang dulu ku hiindari, SD yang dulu benar-benar tidak ingin kutemi, tetapi takdir berkata lain, dan yah... di SD inilah aku sekarang, maka sekali lagi nasihat itu mengenaiku, "Gething iku nyanding" Namun, setelah berdiri disini, maka aku menyadari satu hal, aku kurang bersyukur, seharusnya aku menerima, seharusnya aku bersyukur, lihatlah betapa luarbiasanya mereka, anak-anak penerus bangsa yang begitu istimewa. Menyambut dengan hangat, berbicara seolah-olah kita sudah bertemu dalam waktu yang lama, begitulah, seperti yang dulu jauh sebelum aku memilih jurusan ini, karena yang memilihkan adalah para guru BK di SMAku yang luarbiasa, meskipun aku harus menyerah pada cita-citaku, meski aku harus menyerah pada satu hal yang benar-benar aku impikan, tapi beliau menasihatiku, bahwa aku hanya perlu menyukai anak-anak, karena sejatinya aku punya itu, maka untuk kali ini, aku hanya benar-benar menyadari, aku terlalu menyukai mereka.

Dan, di hari pertama, aku memasuki kelas 1A, mendampingi Ibu Har yang menjadi guru kelas, membuatku benar-benar merasa kembali ke masa lalu, ah... betapa bahagianya mereka, berlarian, bermain, bercanda tawa, dan akhirnya tenang ketika pelajaran sudah dimulai, aku menyukainya, karena aku selalu menyukai sekolah, bukan kuliah :')

Menemui anak-anak memang membuat rasa bahagia, melupakan segala masalah yang ada, disini lihatlah banyak anak-anak yang selalu ingin tahu, yang selalu menyela ketika berbicara hal-hal yang terlalu menarik, yang selalu menertawai hal-hal konyol, yang selalu protes ketika harus melakukan tugas sekolah, itulah anak-anak, selalu menyenangkan, maka ketika memilih aku akan memilih menjadi anak-anak kembali, tanpa beban, tanpa masalah, selalu bahagia :)

Dan disini, aku bertemu dengan anak-anak seperti Rayyan, yang selalu bersikap dewasa, selalu ingin mendominasi pembicaraan, dan cerdas, Seperti Affan, yang selalu terlihat seperti Oscar, karena siapapun ketika melihat Affan untuk pertama kalinya, kau akan memiliki pikiran bahwa dia adalah anak dari pasangan bule yang kesasar di Semarang :D yang pediam, tapi selalu memilih hal untuk dilakukan, Seperti Naya yang selalu bercerita mengenai Elsa, Anna, ataupun Shofia, Seperti Bunga yang cekatan mengerjakan tugas, memberikan jawaban terbaik yang ia punya, dan seperti Joda yang selalu memiliki satu hal yang anak-anak lain tidak punya, atau Afif dan Gustav , atau Natha, Icha, Raihan, dan lainnya...

Dan untuk selanjutnya... 
Hanya "lakukan dengan baik"

D+1

Apapun Namanya, Ia Tetap Anak-Anak :')

Posted by : la plui
Date :Rabu, 06 Agustus 2014
With 0komentar
Next Prev
▲Top▲