Sebuah Titian

| Jumat, 11 September 2015
Suatu hari dua anak bersahabat A dan B tengah melakukan perjalanan jauh, amat jauh. Selama perjalanan itu mereka selalu berjalan dengan beriringan, ketika salah satu mendapat kesulitan, maka sahabat yang satunya lagi membantunya. Mereka berbagi pengalaman, melalui penderitaan dengan bersama-sama. Namun si B semakin hari semakin lincah saja, sedang si A masih dalam kondisi yang sama. Ketika berjalan si B selalu lebih depan, namun ia tetap sabar menunggu si A. Baru setelah si A sampai ia berjalan lagi bersama, begitu seterusnya. Hingga tibalah mereka pada sebuah titian kayu yang sangat panjang, begitu panjangnya sampai ujungnya tak terlihat. 

Dengan penuh semangat si B ingin segera melewatinya, namun seketika juga ia teringat bahwa si A tidak selincah dirinya sekarang. Akhirnya kedua sahabat itu pun mulai meniti kayu yang terbentang, si A harus berhati-hati untuk selalu menyeimbangkan tubuhnya agar ia tidak terjatuh, sedang si B begitu santai melewati titian kayu tersebut. Hingga pada akhirnya si B berkata " ayolah A... ini tidak semenakutkan yang kau bayangkan, peganglah tanganku.. kita akan melewatinya dengan cepat" Tangan si A meraih tangan si B dan mereka mulai meniti bersama, namun si A terlalu takut dengan kecepatan si B berjalan, ia juga beberapa kali hampir terpeleset jatuh. Lalu si A berfikir kalau seperti ini terus ia akan jatuh, namun kalau dia melepaskan tangan si B, maka dia akan lebih lama lagi menungguku. Dan akhirnya si A berkata " Lepaskan tanganku sahabat, aku terlalu takut dengan kecepatan kita berjalan, lihatlah sudah beberapa kali aku hampir terjatuh pula"
"Baiklah.. kita akan berjalan lebih pelan" ujarnya
"Tidak, kau duluan saja... kalau kau menungguku kau akan menghabiskan lebih lama di titian ini, aku akan baik-baik saja, percayalah. Nanti ketika kau sampai diujungnya baru tunggulah aku"
"Benarkah? Baiklah.. aku akan menunggumu di ujung nanti, sampai jumpa di ujung!"

Benar saja... baru beberapa menit, bayangan si B sudah hilang begitu saja, dan si A... dia masih berfikir, apakah tindakannya melepas sahabatnya itu sudah benar? bagaimana kalau di jalan nanti ada sesuatu? Namun setelah beberapa saat akhirnya ia kembali berjalan meniti kayu itu sendirian, dengan motivasi ia akan bertemu dengan sahabatnya itu di ujung titian.

Ujung sudah terlihat, si A semakin bersemangat untuk bertemu dengan sahabatnya si B. Benarlah, ketika sudah sampai diujung, terlihat si B di kejauhan, ia tak melihat si A yang telah sampai. Si A berfikir " Ah... mungkin dia tidak melihatku, baiklah akan aku sapa dia". Lalu si A mendekati sahabatnya itu dan manyapanya. Namun yang terjadi adalah, si B hanya melihat saja, tanpa mengatakan apapun. Si A berfikir "Ah... mungkin wajahku sudah berbeda jadi dia tak mengenaliku". Namun sebelum si A mengatakannya, si B berkata "Maaf, siapa anda? apakah anda mengenaliku". Tentu saja si A kaget mendengarnya, lalu ia menjelaskan bahwa ia adalah sahabatnya dulu, sahabatnya yang berpisah ketika berjalan di titian kayu yang panjang. Namun Si B menjawab "maafkan aku, aku tidak mengenalmu" dan ia berjalan meninggalkan si A, Si A hanya termenung melihat si B berjalan ke arah teman-temanya. Ia bahkan tak tau lagi apa yang harus ia perbuat. Sahabatnya telah pergi. 

0 komentar:

Next Prev
▲Top▲