Terlambat

| Minggu, 20 Maret 2016

Aku menangkap matamu yang terkadang memperhatikanku dari kejauhan, sendu, atau entahlah. Namun aku tetap menyimpannya untuk diriku, dan berpura-pura seakan tidak mengetahuinya. Aku selalu menyangkal itu hanya tatapan biasa, aku selalu memastikan pada diriku sendiri, itu hanya sebuah kebetulan. Kebetulan yang berkali-kali. ya hanya kebetulan saja.

Namun kau selalu peduli, menanyakannya padaku, bagaimana bila ini, bagaimana bila itu, selalu meminta pendapatku, meminta persetujuanku meskipun kita tidak sedekat itu. Selalu menanyakan hal sekecil apapun. Aku tau benar kau peduli, namun aku selalu menyangkalnya dan memastikan bahwa kau melakukan karena aku temanmu. benar-benar tidak peka bukan..?. kadang aku berfikir, akukah yang terlalu bodoh atau kau yang terlalu sabar menghadapiku. Aku mengakui bahwa aku kurang bisa menangkap pesan tersirat, karena aku adalah orang masa bodoh yang selalu mengatakan semua akan baik-baik saja. 

Perlahan kepedulian yang kau berikan mengetuk pintu hatiku pelan, namun sudah cukup terdengar oleh telingaku. Aku masih saja menunggu, ya menunggu... memikirkan apa yang harus aku lakukan, karena aku masih tidak punya cukup keberanian untuk membukanya setelah sekian lama aku memutuskan untuk menutupnya rapat-rapat. Namun ternyata kepedulianmu membuatku kembali mengerjapkan mata, menajamkan telinga, dan aku bertanya berulang-ulang pada hatiku. Namun aku masih saja meragukanmu, lagi-lagi aku mengecewakanmu

Percakapan malam yang selalu kuputus secara sepihak, pertanyaan-pertanyaanmu yang kadang kuabaikan dengan alasan apapun, kepedulianmu yang selalu kuabaikan begitu saja, tiba-tiba saja lewat begitu saja tanpa permisi mengisi beberapa hari terakhir ini. Aku termenung sepanjang malam, mungkin aku akan mencobanya. ya aku akan mencobanya. Mungkin sedikit cukup terlambat untuk benar-benar melihat kepedulianmu, tapi hei... bukankah tidak ada salahnya untuk setidaknya mencoba?

Tapi aku salah besar, aku sudah terlambat. Dan bodohnya aku hanya bisa merutuki kecerobohanku disaat aku benar-benar telah siap menerima uluran tanganmu. Disaat aku benar-benar telah mencoba untuk kembali membuka hatiku. Aku melihatmu tertawa. Karena kau telah menemukan dia. seseorang yang selalu melihatmu, dan akan selalu disampingmu. Maka kulangkahkan kakiku sedikit demi sedikit bersama kepedulianmu yang perlahan telah berpindah. Aku menyesali keterlambatanku, lalu aku menyesalimu yang tidak menungguku sedikit lebih lama. Penyesalan yang selalu datang di waktu yang tidak tepat, tetapi sebenarnya sangat tepat.

0 komentar:

Next Prev
▲Top▲