TAKDIR [lagi]

| Selasa, 02 Juli 2013


Aku telah gagal. Menuliskan namamu diantara alur ceritaku adalah hal fatal yang pernah kulakukan, ia hanya akan tertunduk pilu, menatapi barisan huruf-huruf bodoh yang tak akan pernah beranjak dari tempatnya, apakah iya kau seistimewa itu? dan lagi-lagi akupun menyesali ketika aku mengangguk mantap saat menjawab pertanyaan itu, ku kira kau seistimewa itu, tak pernah lupa, dan tak pernah ia hilang dari pikiranku, saat mataku membulat, hatiku menghangat, rona melingkupi hati ini demi melihatmu, demi sebuah tatapan sejuk yang nantinya akan kudapatkan. Namun lagi-lagi ingtanku itu hampir merusak segala seuatunya tentang waktuku yang tersisa. Aku menyesal, karena ternyata kau tak seperti yang kuduga.

Adakalanya hujan tak semenyenangkan seperti hujan-hujan lainnya, ia adalah saudara tiri yang tiba-tiba telah datang berdiri di depan pintu, merebut segalanya yang telah kita punyai beberapa tahun sebelum ia datang. Ironis memang, karena takdir tak bisa bekerja sama denganmu. Sedang yang kau punyai hanyalah tangisan pada tiap-tipa waktu malam dengan segenap lorongnya. 

Tidak... kau hanya salah dalam mengambil jalan, yang seharusna berbelok namun kau tetap meneruskan langkah kakimu, hanya itu, namun kau tak pernah tau, hal apa yang akan mengganjarmu di belakangnya, yang kau tau saat itu, adalah bagaimana menemukan lentera yang dulunya pernah padam untuk bisa kau nyalakan, dingin, pekat, yang tersisa hanya gelap. Dan gelap tak akan bisa menemanimu hingga akhir perjalananmu.

Taukah kau, seberapa besar ia akan menghindar dari takdir, sebanyak apa ia akan berlari menghindar, namun ketika takdir sudah ditetapkan, maka sejatinya akan tetap menyambanginya, dalam situasi apapun, dalam keadaan lapang, dalam keadaan sempit, dan dalam keadaan terpaksapun ia akan datang. Jangan harap ia selalu membawakanmu sederet kereta bercat putih bertahtakab intan berlian, karena cara kerja takdir tak seperti itu. Jadi pahamilah, jika nantinya ia datang kepadamu hanya dengan sepda gunungnya yang sudah berkarat, karena  hidupmu telah dipilihkan.

Sama sepertiku, yang aku mengira bahwa dia adalah seistimewa itu, dia tetap istimewa, tetapi dimata orang lain dan tidak lagi dimataku. Jadi, akan kucari dimana takdirku berada.

0 komentar:

Next Prev
▲Top▲