Anak-anak, kupu-kupu, angin dan bintang kutub

| Jumat, 05 Oktober 2012
Aku hanya terlalu lelah merutuki betapa jauhnya jalan tapak yang harus kutempuh tatkala menjalankan rutinitasku, hingga senja ketika aku kembali merutuki jalan ini aku sadar bahwa inilah yang dulu aku pernah memimpikannya, melewati sawah yang membentang ( meski nyatanya tidak begitu membentang) menikmati senja yang berkawan burung pipit dan menelanjangi matahari senja. Dan sore inipun aku kembali menapakinya.

Jalan yang kutapaki ini tak lebih lebar dari 2,5 meter, namun nyatanya ia terlalu koyak disanding tanah, apakah karena topologinya aku tak tau, yang aku tau bahwa aku setiap hari melewatinya. Ia hanya memiliki kelokan sebanyak 3 kelokan dihitung dari tempat dimana aku tinggal sementara ini, Dan dari jalan inilah yang membuatku sadar akan sesuatu yang lama telah aku lupakan, lama telah aku tinggalkan, lama telah aku sia-siakan. Bersyukur ketika bisa melewatinya, karena dengan ini  salah satu mimpiku bisa terwujud :)

Ia adalah bangunan nyentrik di tengah tengah keramaian semi kota, hanya sederhana namun tetap mencolok, dan disinilah aku menemukan sesuatu yang berharga. "panti asuhan". Di sanalah aku menemukan sepasang anak kembar, menemukan beberapa ekor merpati anggun, dan gadis gadis kecil berkerudung gaul... yaah meskipun begitu aku tetap menyukainya.

Pagi itu Selasa yang jatuh di bulan Oktober 2012, senja hampir semerah saga, namun kedua sosok kecil itu terus berjalan, sesekali tertawa kecil karena senggolan senggolan nakal kawannya, di tentengnya kayu bakar dengan kedua bilah tangannya yang kecil serasa ia ingin meneriakkan pada dunia bahwa mampu membawanya sampai kmanapun kakinya menginjak. Ia gadis berkuci ekor kuda itu selalu tertawa dengan masih menggendong sejumput kayu bakar di pinggangnya.

Semburat awan senja telah sesempurna dalam menutupi tirainya. Iri memang ketika aku masih sesekali mengingat kedua anak kecil tadi tertawa sembari menggendong di tangannya masing-masing kayu bakar yang sejumput tadi. Seakan mereka lepas, tanpa ada sesuatupun yang menjerat pikirannya. Mereka itulah yang selalu aku rindukan, aku suka caranya tertawa pada dunia. Karena ia benar-benar lepas, Selepas angin malam yang semakin kencang.

Maka ketika aku di beri kesempatan utntuk meminta maka aku ingin menjadi anak-anak lagi setelah kupu-kupu, angin dan bintang kutub.    

0 komentar:

Next Prev
▲Top▲