Ada Rintik Hujan di Antara Kita

| Minggu, 25 Agustus 2013
Rinai hujan perlahan turun, menyambut senja yang tak biasanya nampak, ah... aku bahkan tak bisa menyebutnya senja lagi, karena bagiku senja adalah segala kemewahan langit yang berwarna jingga, berkolaborasi menjadi merah saga. Tapi aku juga menyukainya, hujan dengan segala tetes airnya.

Di sini, tempat ini juga, tiga tahun yang lalu kita pernah sama-sama terjebak hujan, saat itu aku tak mengenalmu, namun aku tahu, semuanya berawal dari sini, dari kecipak air yang jatuh di genggaman. Seandainya mereka bicara, akankah mereka mengomentari kekakuan kita? ah.. lupakan, karena itu tak akan pernah terjadi :)

Kau berubah, namun aku tak pernah beranjak selangkahpun dari tempatku, apakah aku menyukainya? tentu saja.. ada kenangan di sana, sekali saja kau bicara, selalu kutatap matamu yang berbinar, namun aku tau, kau akan menghindarinya. Kau sebut ini Ghodul Bashar.. tapi aku terlalu naif untuk tau, karena meskipun aku tau bahkan aku tak mungkin bisa menghindarinya, seperti daun yang tak menghindari laju angin, hingga ia terjatuh dari rantingnya, namun ia tak pernah menyalahkan angin, baginya angin adalah takdirnya, sama seperti itu, aku tak pernah menyalahkanmu, namun tak pernahkah kau berfikir bahwa kita bertakdir? dan lagi-lagi kau tersenyum, lalu perlahan kutangkap suaramu, "bukankah kita tak boleh mendahului.Nya..?" ah ya...

Lalu di hari lain, saat aku ingin menangkup pagiku lalu kutukar dengan senja, aku menemukan diriku bahwa aku telah beranjak dari tempatku, satu langkah di anak tangga, apakah semudah ini..? aku pikir itu akan lebih berat ribuan kali dari sekedar menggeserkan kakiku pada pijakan yang sama. lalu aku bertanya, tak bisakah kau beritau aku bagaimana kiranya mencintai karena Allah? terhenti langkahmu, ah... aku tau setelah itu kau akan tersenyum, dan benar, kau hanya tersenyum dan pergi begitu saja. Keras Kepala... suatu saat aku pasti akan mengejutkanmu.

Dan Sekarang, saat kenangan itu muncul maka aku menyadarinya bahwa itu adalah takdirku, terimakasih selalu ku sanjung untuk Pemegang setap nyawa manusia, melaluinyalah aku mendekat padaMu. Bukankah itu anugerah ..? bahkan akupun tak pernah menyangkanya..

Sedari tadi jam masih menunjukkan pukul 5.15pm, masih berjalan layaknya kura-kura. Kembali aku memandang rintik hujan yang masih beruraian disana, lalu kujulurkan tanganku sama seperti yang kita lakukan dulu, saat kita belum berubah. mengapa hujan selalu indah untuk dinikmati? Karena hujan mengenang kisah kita, sampai nanti.. sampai kita tiba di tanah baru, di Negeri baru. Karena mungkin saja saat ini kau telah memiliki segalanya, keluarga mungil yang bahagia, namun mungkin juga kau masih saja belum menemukan bunga itu. Serahkan pada waktu.. kelak ia akan menjawab pertanyaan kuta satu per satu.

Hujan mereda, hanya tinggal tetes-tetesnya yang masih akan menggulung kenangan orang-orang yang terjebak hujan. Bukankah terlalu indah menghabiskan hujan denga mengenang masa dulu, karena hujan selalu punya cerita. Aku tersenyum, lalu kulangkahkan kakiku, membawa hatiku dengan ringan seringan kapas, satu langkah..dua langkah..tiga langkah.

Aku tersenyum lagi, bukankah hujan selalu indah... aku rasa aku menemukannya :)

0 komentar:

Next Prev
▲Top▲