Ibu

| Sabtu, 22 Juni 2013

Apalah yang kiranya aku bisa menggambarkamu dengan tepat... karena semua serba cepat, usiamu, usiaku, masa kecilku, masa tuamu, masa remajaku, masa rentamu dan masa ketika kita berada dalam satu waktu, rasanya begitu banyak kata yang ingin aku curahkan, meski sejatinya tak ada yang terwakilkan ibu...., kau tidak sempurna, namun kau selalu membuatnya sempurna, apapun itu.. ummi, ibu, emak, eomma, mom, apapun... karena semuanya terlalu mudah untuk disebut. Kita lah yang memutuskan dengan sebutan apa kita memanggilnya.

20 tahun sudah... aku tak pernah ingat ketika aku berada dalam gua garbamu, mungkinkah seperti yang diceritakan oleh novel-novel best seller..? gelapkah ibu....?? atau adakah sebuah lentera yang aku akhirnya bisa berkedip-kedip, melihat betapa masih kerdilnya aku, dan menebak-nebak bagaimanakah rupa ummiku, cantikkah...?? ah... tentu saja ia cantik, ingin sekali rasanya dipeluknya, namun aku masih di rahim, sendiri, tapi kau tau ibu...?? aku memang tak pernah ingin sendiri...?? maka pelan aku goyangkan kakiku, lalu dengan pelannya kau mengusap-usap dengan lembut, kadang ada yang berbeda...sentuhannya...gerakannya...suaranya..., dia kah sang pahlawan itu ibu...?? apakah ia ayah...?? ah.... betapa aku ingin melihat rupa ayahku, tegapkah badannya...?? sendukan matanya...?? ahh... semua masih terlalu abu-abu untuk membayangkan, yaa.. hanya selalu menerka-nerka ibu...

Taukah ibu..?? favoritku adalah saat kau dengarkan suara-suara merdu.. semuanya, suara kau mengaji, suara kau menyanyi, suara tertawa, apapun, aku suka semuanya, lalu kau dengan lembutnya mengajakku berkelana, seperti rinai mega, kau memberikan kehangatan hingga aku jatuh tertidur, ada juga saat aku marah ibu, kau dengan tegasnya tetap melakukan pekerjaan yang berat. Aku benci ketika kau melakukannya, karena ketika kau melakukannya aku tau kau akan lelah, aku benci ibu ketika ibu sedang lelah, karena aku tak bisa bercanda dengan ibu..ibu taukah kau, nanti ketika aku sudah besar, biarlah yang mengerjakan semuanya aku ibu, biarkan nantinya aku kelelahan, asal tidak ibu... aku sayang ibu karena Allah

Tahun beranjak...musim berganti, usiaku kini menginjak 9 tahun, aku dengan gaya seperti anak-anak lainnya, bermain, jarang pulang, meski tau kau dengan kerasnya bilang aku tak boleh bermain, bukankah bermain itu bukan suatu kejahatan ibu... mengapa kau melarangku..?? Aku selalu senang ketika bermain, tak lihatkah kau ibu, ada rona bahagia yang memancar disana, namun kenapa lagi-lagi kau melarangku....?? aku menangis, Namun baru kutahu akhirnya alasan kenapa kau melarangku bermain, karena kau ingin waktu mu selalu bersamaku, kau selalu ingin aku disampingku, namun apa ku kata "aku sudah bosan ibu", ah... naifnya, usiaku baru 9 tahun bahkan sudah bisa mengatakan kata sejahat itu... maafkan aku ibuu, aku sayang ibu...

Setahun lalu saat kau dengan bangganya menggandeng tanganku ke sekolah, aku tersenyum, inilah ibuku... karena dia lah aku bisa seperti ini... yaa, kau kembali bahagia saat aku mejadi rangking yang pertama, matamu seakan bicara "inilah putraku...lihatlah, dia selalu ada di urutan pertama, lomba melukis, menyanyi macapat, segalanya, putraku bisa apapun" namun maaf ibu... tahun ini, aku hanya bisa menempati urutan ke dua, aku terlalu sering bermain, selalu menghilang setelah pelajaran sekolah usai, hingga malamnya aku kelelahan dan tak sempat belajar, maafkan aku ibu... namun kau hanya tersenyum sambil menepuk pundakku, tidak apa-apa sayang, itu tandanya kau harus belajar lebih giat.. ucapnya sambil berjalan usai penerimaan rapot, namun aku benar tau, raut kecewa itu masih terpampang jelas di sana, tak ada lagi rona bahagia yang memancar, tak ada lagi senyum riang seperti tahun lalu, ah..maafkan aku ibu.., maaf untuk tidak bisa menjadi yang terbaik...

Hingga dewasa ini.. kuingat-ingat lagi, apa yang pernah aku lakukan buatmu ibu...?? mencucikan bajumu..?? memasakkan makanan untukmu...?? menyiapkan air hangat untukmu...??? kurasa aku belum merasa pernah melakukannya, meski memang beberapa kali aku melakukannya, usiaku kini 25 tahun.. aku sudah menyelesaikan gelar SP.d ku, menjadi yang terbaik dari yang baik, aku kini sudah bekerja, dan aku ingin menikah, maka ketika aku perlihatkan foto seorang gadis kepadamu bu... kenapa kau hanya terdiam...?? kurang cantikkah ia..? apa aku perlu mencari gadis lain? kau tau ibu.. aku menyukainya sejak pertama mengenalnya, rambutnya indah..matanya jernih..ia baik hatinya... tapi kenapa kau hanya terdiam tak berkata apapun...?? dan akhirnya tanpa sepatah katapun kau mengembalikan foto itu, kau bilang kau sedang lelah, lalu beranjak untuk tidur. Aku kecewa... sungguh kecewa, bisakah setidaknya kau memberikan sepatah kata untuk menanggapinya?? Namun ternyata ketika mentari terbit kau baru membicarakannya...kau memberikan foto seorang gadis yang aku belum pernah mengenalnya, kenapa ibu....?? tapi kau hanya menjawab, dia baik untukmu.. aku stress... mengapa tak kau restui aku untuk memilih yang lain....?? dan ibu hanya terdiam.

Sebulan berlalu, aku masih kecewa dengan ibu... meski aku hanya diam, hingga akhirnya aku mengalah, ya... demi ibu, aku melakukannya, meskipun nyata sudah aku tak mencintai gadis itu.. dia adalah seorang gadis yang tak pernah aku mengenalnya, dua bulan lagi aku menikah, dan bahkan aku belum benar-benar melihat dengan jelas bagaimana rupanya, dia selalu di belakang, hanya foto itu yang bisa aku pandang, tak ada yang istimewa, ia gadis dusun yang biasa, terlalu biasa, aku kembali berfikir, biasakah aku membangun rumah tangga bahkan dengan orang yang tak pernah aku mengenalnya, dengan orang yang tak pernah aku mencintainya, bahkan wajahnya pun seperti terkesan untuk disembunyikan..... wahai Tuhan... takdir seperti apakah yang tengah bermain disini? pasrah aku menyerahkan semuanya kepadaMu.

Namun... aku tak pernah tau bagaimana takdir bekerja, ia adalah seorang perempuan yang aku pernah digendongnya kemana-mana, selama sembilan bulan sepuluh hari, aku pernah bersamanya bertahun-tahun, aku pernah bertengkar dengannya beberapa hari pun aku pernah tertawa dengannya selama beberapa tahun pula, lalu... tak cukupkah seorang ibu mengenal bagaimana putranya...??? bukan...bukan hanya ,mengenal, tetapi tahu segalanya, mengerti apa yang dibutuhkan bukan apa yang diiginkan, mengerti apa yang tak disukainya tapi tetap tahu apa yang baik untuknya, itulah seorang ibu... bertahun-tahun lamanya... aku tak pernah sedikitmu mau mengerti jalan pikiran ibu, tak pernah, aku selalu menganggap ia terlalu kolot dalam hal apapun, ia terlalu cerewet dengan segala sesuatunya, namun... ketika usiaku menganjak 30 tahun ini aku baru mnyadarinya, aku tau aku sudah terlambat, namun aku tak pernah malu untuk tahu bagaimana caranya aku bisa mengerti, dia lah ibuku... yang melahirkan aku, yang membesarkan aku, dan ketika sampai usia ini... terimakasih duhai ibu... yang mengantarkan putramu untuk mecapai segalanya, kau memang yang terbaik, tak pernah ada duanya, wanita pertama yang kucintai..........lalu kata-kata tak pernah cukup untuk mengungkapkan apa yang tengah di rasa oleh hati, tapi semoga engaku selalu mendapat perlindungan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. :)


0 komentar:

Next Prev
▲Top▲