Dua Matahari

| Kamis, 09 Oktober 2014
Mungkin benar bunda, candaan yang dulu sempat terlontar tanpa sengaja... mungkin benar, dan sekarang aku kebingungan.

Apalah daya, nyatanya memandang 2 matahari di langit yang sama memang membingungkan.
Yang satu penuh cahaya, bersinar tiada habisnya seolah tiada hal lain yang mampu menandinginya, angkuh menjulang tetapi mempesona. Dan yang lainnya juga bersinar, tidak meredup, tidak terlalu mencolok, tapi tetap bercahaya.

Maka kau tanya "dan mana yang matahari?"

keduanya matahari bunda, dua-duanya. Namun kulihat dahimu mengernyit, sempurna meminta penjelasan lagi.
Dan sekali lagi kukatakan dua-duannya matahari. Karena mereka memancarkan sinar yang sama, sama-sama mempesona, namun orang lebih mengenal satunya dengan nama Rembulan. Nama yang cantik bukan, secantik sinar yang dipancarkan.

Lalu  kau bertanya lagi, "dan yang mana yang mempesona?"

Keduanya mempeson bunda, sama-sama punya aura yang menakjubkan. Bukankah melihat sinarnya yang memancar saja mengingatkan kita pada-Nya?
Dan lagi, matamu meminta sebuah penjelasan yang meyakinkan, Aku tau bunda, sungguh tau maksud pertanyaanmu, namun tak bisakah kita menikmati sinar keduanya tanpa menghakimi diri sendiri untuk memilih salah satunya? Selagi bisa, karena jarang sekali kita berada di situasi yang sama seperti sekarang ini. 
Aku dan kau
Matahari dan Rembulan

Taukah bunda, aku menyukai keduanya, matahari dan rembulan. Namun sekali waktu rembulan lebih menyita perhatianku, meski matahari selalu bersanding denganku.
Ah... sekali lagi aku tak tau bunda, 
mungkin aku tak memilih keduanya.


1 komentar:

{ ibu winda } at: 6 Januari 2015 pukul 15.51 mengatakan...Reply
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Next Prev
▲Top▲