Lelaki Terhebat

| Jumat, 04 Oktober 2013

Bagiku.. kau adalah lelaki terhebat yang selalu menjadi penerang jalanku, ada dan tidak adanya kau disini, jauh dekatnya kau disisi, namun selalu dan selalu dihati. Rasanya Terimakasih dan do'a tidak akan pernah cukup untuk sekedar membalas apa yang telah kau ajarkan untukku, kau lelaki pendiam. Yang hampir tak pernah bercanda untuk waktu yang lama, namun sekali kau mengeluarkan suara, hanya kebaikan yang penuh wangi syurga, insyaallah.

Ayah... bagiku kau adalah segalanya. senyummu adalah yang paling menentramkan hati ketika segalanya tengah mengitariku, mungkin hanya sekedar tepukan pada pundakku, karena itu sudah cukup menentramkan hati yang penuh gundah gulana, yang mengatakan baik-baik saja, meski aku tau persis dengan apa yang ku perbuat bahkan akan membuatmu kecewa. Maaf Ayah... aku belum mampu menjadi apa yang sepenuhnya kau harapkan. Karena aku pikir, aku masih putri kecilmu, karena aku pikir aku belum terlalu dewasa, dan karena aku berharap aku selalu menjadi putri kecilmu. Aku terlalu takut menjadi dewasa, karena aku menginsyafi, semua akan menjadi terlalu berat untuk dilakukan.

Dulu.. rasanya baru kemaren aku dan engkau bersepeda, mengelilingi apa yang memang akan kita kelilingi, berhenti sebentar dan kau bercerita.. melanjutkan perjalanan lalu berhenti lagi, menyanyikan gending jawa yang aku tak pernah tau artinya, pun hingga kini. Kau selalu berkata bahwa aku adalah yang terbaik, kau katakan pada siapapun, dan aku kecil hanya mengangguk-angguk mengoyangkan dua ekor kuda rambutku, lalu tertawa. Bukankah indah masa itu..?? aku selalu mengenangnya Ayah... tak akan pernah terlupa. Kau juga yang pertama kali mengenalkan hujan padaku, memberikan seuntai do'a agar aku membacanya saat hujan turun, dan sampai kini tetap kulakukan, dan hujan selalu membawa berkah untukku. Maka aku menyukai hujan sebanyak aku menyukaimu. Ah.. Ayah, bagaimana keadaanmu? semoga selalu sehat dan afiat.. maaf Ayah aku belum bisa pulang, masih ada beberapa hal yang kukerjakan disini, Hari Raya nanti aku akan pulang :')

Ingatkah ayah dulu waktu kecil aku sering merengek memintamu untuk menceritakan sebuah cerita pengantar tidur..? ya rusa-rusa itu, percayakah engkau bahwa cerita itulah yang membuat aku menjadi peraih point tertinggi mata pelajaran bahasa indonesia waktu Sekolah Menengah? ah.. mungkin kau tak percaya, tapi itu benar ayah... rusa-rusa itulah yang membuat pointku teramat menjulang, bahkan aku hanya bercerita sederhana. sesederhana engkau dalam menggubah alur, merangkai kata dan menyentuh ending. Itulah salah satu keajaiban yang datang padaku karena engkau, Ayahku. Sosok yang selalu menjadi panutan dalam menjalani dunia mungilku, entah berapa kali aku membuatmu kecewa padaku, entah berapa lama aku membuatmu semakin terdiam sendu, namun kau selalu berkata " Tak apa.. sekarang kau bisa melakukan kesalahan, tapi nanti.. aku yakin kau tak akan melakukannya lagi" betapa aku tau, bahwa kau hanya ingin membesarkan hatiku, mengatakannya supaya aku tak teralalu merasa bersalah. Ah.. Ayah, dimana lagi ku temukan sosok mu yang semakin hari semaikn langka, sosok penyayang, pemimpin, pemberi motivasi terhebat. Hingga suatu hari aku mendengar ibu berdo'a semoga aku mendapatkan pendamping yang seperti engkau, dan aku aamiin kan, :')

Aku tau, engkau adalah seseorang yang tak pernah akan mau mengajariku kecuali aku mencobanya terlebih dahulu, maka benar ketika aku mendapatkan hadiah sepeda dulu, kau tak pernah mengajariku, bukannya tak mau, tapi aku tau, kau hanya ingin aku mencobanya terlebih dahulu, merasakan euforianya, dan aku mencoba, terjatuh, lagi, terjatuh tersungkur begitu seterusnya hingga beberapa kali, lalu kau mendekat, megatakan beberapa hal yang aku tau akan berhasil nantinya. yaa.. begitulah Ayah, hingga tersenyum puas ketika aku bisa mengendarai sepeda di kelas 2 SD. Sama seperti beberapa waktu lalu, kau adalah lelaki terhebat yang serba bisa, melukis, bernyanyi, bahan penjadi pranata cara dalam acara pernikahan hingga imam sholat waktu hari raya.. dengan lisan kau ajarkan aku kebaikan, dengan perbuatan kau ajarkan aku tentang kebaikan pula... semoga nantinya aku menemukan seseorang yang seperti engkau ayah...,

Sejuta ceritaku denganmu selalu menjadi lentera dalam aku menghadapi duniaku, yang selalu kau tekankan padaku adalah "hindari politik" aku tau mengapa, aku tau benar alasannya, maka aku hanya melakukannya, samii'na wa atho'na. Berharap hanya kebaikan yang datang padaku, hanya kedamaian yang datang padaku.

Putrimu yang merindukanmu


0 komentar:

Next Prev
▲Top▲